Mohon tunggu...
Agustine Dwi Kurniawati
Agustine Dwi Kurniawati Mohon Tunggu... -

a college student who is majoring in mathematics education

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Penanaman Olimpisme untuk Membangun Lingkungan yang Kondusif (Orientasi Sekolah-sekolah Modern)

29 Oktober 2013   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan terjadi pada semua aspek kehidupan, termasuk pada aspek lingkungan pendidikan. Kegiatan pembelajaran dulu hanya menggunakan papan tulis sedangkan sekarang kegiatan pembelajaran sudah menggunakan komputer. Penggunaan teknologi informasi di dalam lingkungan pendidikan menjadi sangat berperan dalam lingkungan pendidikan karena dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan siswa. Tidak hanya pendidikan, penggunaan teknologi informasi juga diterapkan dalam berbagai sektor.

Dengan adanya penggunaan teknologi informasi di berbagai sektor, sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor strategis. Hal ini dikarenakan SDM berperan sebagai faktor sentral perubahan dan sebagai aset utama negara/perusahaan. Kompetensi SDM menjadi nilai kompetitif sehingga perlu adanya penyiapan dan pengelolaan SDM yang tepat dengan orientasi kompetensi global. Kompetensi yang dituntut oleh lingkungan kompetetif saat ini adalah:

1.Pengetahuan/wawasan global

-berbasis teknologi dan informasi

-kecerdasan dalam inovasi dan kreativitas

-pemahaman nilai-nilai universal (lintas budaya)

2.Keterampilan global

-Soft skill (komunikasi/interaksi)

-IPTEK dan informatika

-Keterampilan kompetitif (spesifik dan berdaya saing)

3.Sikap/perilaku

-Disiplin dan dipercaya

-Dinamis dan fleksibel

-Inisiatif dan proaktif

-inovatif dan kreatif

-Mandiri dan survive

Kompetensi-kompetensi di atas merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh SDM di Indonesia. Akan tetapi, masih terjadi jurang pemisah yang besar antara proses pendidikan yang terjadi Indonesia dengan tuntutan eksternal untuk menghasilkan kompetensi-kompetensi tersebut. Berikut adalah uraiannya.

Orientasi Pendidikan Indonesia

Tuntutan Eksternal

Orientasi terhadap pengembangan intelektual (intellectual development)

Orientasi terhadap human development (Intelektual, ketrampilan dan moral & periaku profesional).

Penyiapan untuk menghadapi masalah yang sederhana

Masalah yang dihadapi lebih kompleks, yang memerlukan ketangguhandaya nalar, fisik dan psikis.

Pembentukan sikap-sikap dasar normatif (etika, sopan - santun, disiplin, birokratis)

Sikap-sikapprofesional(kejujuran, adil, respek, keunggulan).

Pola hubungan lebih formal, satu arah dan otokratis.

Pola hubungan informal (persahabatan, saling memahami, kedamaian, leadership)

“Sukses” » “Hasil/Prestasi Belajar”

“Sukses” » “HasilPrestasi/Karya Total”

Menekankan “Hard Skill”

Menekankan pada “Soft skill”

Dari fakta-fakta tersebut, terdapat dampak yang ditimbulkan terhadap SDM di Indonesia yaitu:


  • Kompetensi SDM Indonesia kurang kompetitif pada berbagai sektor, baik pada sekala regional maupun internasional.
  • SDM Indonesia tidak memiliki sikap profesional, kurang memiliki daya juang dan moral-moral mulia seperti kejujuran,saling menghargai & sportifitas.
  • SDM Indonesia kurang siap memenuhi kebutuhan industri/usaha yang saat ini terus berkembang begitu pesat.
  • Kondisi ekonomi Indonesia akan makin terpuruk, pada berbagai aspek,baik pada sekala mikro maupun makro.


Melihat dampak yang ditimbulkan, kita sebagai calon pelaku pendidikan harus dapat menciptkan lingkungan pendidikan yang kondusif. Apa itu lingkungan pendidikan yang kondusif? Menurut Peter F. Drucker, adanya lingkungan pendidikan yang kondusif (memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan diri secara utuh baik hard skill maupun soft skillnya) merupakan prasyarat mutlak, untuk menghadapi globalisasi.

Upaya mengurangi jurang pemisah antara hasil pendidikan dengan tuntutan lingkungan eksternal yaitu:

1.        Mensinkronkan arah pendidikan (secara makro/mikro) sesuai kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan lingkungan eksternal, dengan penyusunan kurikulum yang relevan dengan kehidupan yang lebih riil, melalui :

-Pembekalan kepada siswa kompetensi SDM yang relevan (hard sklill + soft skill)

-Penyiapan mental siswa menghadapi lingkungan kompetisi yang keras dengan perubahan yang makin cepat

-Pengembangan daya kreatif dan inovatif siswa agar mampu menyikapi situasi & sumberdaya yang makin terbatas

-Pembiasaan diri dalam lingkungan global dan multi budaya (keterbukaan, interaksi andragogi)

2.Pembekalan Multi Kompetensi Kepada Siswa

-Intellectual Development (Pengembangan Intelektual)

-Emotional Development (Pengembangan Kematangan Emosional)

-Adversity Developent (Pengembangan Ketangguhan Diri)

Pengembangan multi kompetensi sangat dibutuhkan oleh siswa karena menurut pendapat para pakar SDM (Dr. Daniel Goleman, Prof. Michael Porter, Prof. Gay Hendrick, Dr. Kate Ludeman) bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% IQ, 50% EQ, dan 30% AQ. IQ merupakan hard skill sedangkan EQ dan AQ merupakan soft skill. Dengan pengembangan hard skill dan soft skill secara terpadu, akan terbentuk pada diri siswa kepribadian yang optimis, mandiri, dan survive.

Dari uraian di atas, pengembangan soft skill pada siswa adalah hal yang harus dilakukan oleh pendidikan di Indonesia. Penanaman nilai-nilai olimpisme merupakan pendekatan yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Olimpisme merupakan suatu filsafat kehidupan, yang menyatukan dan menyeimbangkan badan yang sehat dengan kemauan dan kecerdasan. Olimpisme mengharmonikan olahraga, budaya, dan pendidikan.

Nilai olimpisme sangat relevan dengan tuntutan ingkungan eksternal pendidikan karena nilai-nilai olimpisme yang terkandung adalah visioner (tujuan jangka panjang), peaceful (kedamaian), no discrimination (tidak diskriminatif), mutual understanding (saling memahami), friendship (persahabatan), solidarity (solidaritas), fair play (kejujuran, adil, wajar), excellence (keunggulan), fun (kesenangan), respect (menghargai), human development (pengembangan diri), leadership (kepemimpinan), motivation (semangat, pantang menyerang), dan team work (kerjasama, sinergi). Lebih lanjut, motto olimpiade merupakan kriteria manusia yang profesional. Citius (paling cepat dalam beradaptasi), Altius (memiliki prestasi/kinerja yang paling tinggi), Fortius (memiliki daya saling paling kuat).

Penanaman nilai-nilai olimpisme di lingkungan pendidikan akan efektif bila dilaksanakan secara sistematis. Sistematis maksudnya, penanaman nilai-nilai olimpisme merupakan bagian dari keseluruhan kurikulum pendidikan dan menggunakan metode proses dinamika kelompok atau quantum learning process. Dukungan dan komitmen dari berbagai pihak juga sangat diperlukan untuk memberikan hasil yang maksimal dalam pengembangan soft skill siswa-siswa di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun