Nama : Agustina Srisayanti Simanungkalit
Nim   : 200101003
Grup  : A/ semester V
M. K Â Â : Administrasi pendidikan
Dosen pengampu : Helena Turnip, M. Pd
ISNSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG
Chritian Religions Education Groome mengatakan bahwa peserta didik adalah saudara sepengembaraan pendidik dalam kurun waktu terentu. Mereka memiliki pandangan hidup dan tujuan yang unik. Konsep yang diusulkan Groome mengenai peserta didik dapat diringkas sebagai berikut:
1.Peserta Didik adalah Subjek, Bukan Obyek
Menurut Groome, sering kali pendidik, termasuk pendidik PAK, menganggap peserta didik sebagai objek pendidikan. Secara teologis, sesungguhnya mereka mempunyai hak yang melekat pada diri mereka untuk dihargai karena mereka memiliki individualitas masing-masing. Dengan kata lain, mereka mempunyai kapasitas atau kemampuan untuk merespons panggilan mereka. Pemikiran tersebut cukup masuk akal dan dapat diterima, atau lebih tepatnya dapat dijadikan bahan pertimbangan para pendidik untuk mengkritisi konsep tentang peserta didik yang selama ini dianut.Â
Peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek, terutama karena manusia percaya sesuai dengan antropologi Alkitab bahwa semua orang diciptakan menurut gambar Allah. Peserta didik dan pendidik sedang berada dalam perjalanan bersam mempunyai panggilan dan hak untuk bertumbuh dalam keserupaan dengan  Allah, Sang Pencipta.
Perjalanan setiap orang menuju kepada Allah merupakan hal yang s dan setiap orang unik dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, pesen didik bukanlah objek yang dapat diperlakukan atau dibentuk menurut kemasan pendidik, melainkan subjek dengan pendidik yang masuk dalana suatu hubun timbal balik dan kesetaraan. Sebagai subjek, peserta didik berhak menyampulan perkataan mereka sendiri dan memberi nama kepada realitas mereka sendin Begitu juga sebagai pendidik, ia berhak menyampaikan perkataannya sendir dan wapb mendengarkan hal yang disampaikan anak didiknya.
Fakta mengatakan bahwa manusia seutuhnyalah yang dapat berpilim berpersepsi, berkeinginan, dan berkehendak. Dengan demikian, pendidikan anak atau seseorang seharusnya dianggap sebagai satu kesatuan proses. Sangat bodoh jika seseorang berpikir bahwa ia dapat mengajarkan pengetahuan kepada anak didik tanpa mengarahkan minat, mengisi kepala anak didik dengan pengetahuan tanpa memengaruhi emosi, keinginan, dan aspirasi hati anak didik.
Pelatihan kepala dan hati harus berjalan bersama. Dalam kedua hal tersebut terdapat fakta om mendasar bahwa anak didik yang merupakan pembawa gambar Allah har menjadi faktor penentu, Ketika seorang pendidik memperlakukan peserta didik sebagai objek, yang sebenarnya hal yang ia lakukan adalah berusaha menjadikan mereka sebaga sasaran "pemindahan" materi pengetahuan dan menciptakan miniatur dirinya secara intelektual. la lupa bahwa peserta didik memiliki aspek-aspek lain yaitu kemampuan berpikir dan hati. Peserta didik mempunyai kehendaknya sendiri dan secara alami dibekali kemampuan untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.Â
Mungkin pendidik membentuk intelektual anak didiknya dengan mem berikan sejumlah materi tertentu, tetapi ia tidak dapat membentuk hati dan kehendak mereka sesuai dengan keinginannya secara semena-mena dan dengan begitu mudah sebab mereka bukan sekadar benda mati atau objek belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H