Fakta mengatakan bahwa manusia seutuhnyalah yang dapat berpilim berpersepsi, berkeinginan, dan berkehendak. Dengan demikian, pendidikan anak atau seseorang seharusnya dianggap sebagai satu kesatuan proses. Sangat bodoh jika seseorang berpikir bahwa ia dapat mengajarkan pengetahuan kepada anak didik tanpa mengarahkan minat, mengisi kepala anak didik dengan pengetahuan tanpa memengaruhi emosi, keinginan, dan aspirasi hati anak didik.
Pelatihan kepala dan hati harus berjalan bersama. Dalam kedua hal tersebut terdapat fakta om mendasar bahwa anak didik yang merupakan pembawa gambar Allah har menjadi faktor penentu, Ketika seorang pendidik memperlakukan peserta didik sebagai objek, yang sebenarnya hal yang ia lakukan adalah berusaha menjadikan mereka sebaga sasaran "pemindahan" materi pengetahuan dan menciptakan miniatur dirinya secara intelektual. la lupa bahwa peserta didik memiliki aspek-aspek lain yaitu kemampuan berpikir dan hati. Peserta didik mempunyai kehendaknya sendiri dan secara alami dibekali kemampuan untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.Â
Mungkin pendidik membentuk intelektual anak didiknya dengan mem berikan sejumlah materi tertentu, tetapi ia tidak dapat membentuk hati dan kehendak mereka sesuai dengan keinginannya secara semena-mena dan dengan begitu mudah sebab mereka bukan sekadar benda mati atau objek belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H