Pak Pong tak punya toko khusus sebab rata-rata mengerjakan pesanan. Akan tetapi, beliau senantiasa punya stok barongsai. Jika ada calon pembeli, dipersilakan langsung datang ke rumah.
Yang menarik, tidak semua stok disimpan di rumah sendiri. Pak Pong menuturkan bahwa stoknya ada juga yang dititipkan di rumah-rumah tetangga. Luar biasa. Ini sungguh-sungguh sebuah bisnis yang tak dapat disebut kapitalis.
Perlu diketahui, Pak Pong merupakan salah satu pendiri Kelompok Barongsai Singa Mataram. Itulah sebuah kelompok barongsai yang unik karena anggotanya orang Jawa semua. Tidak ada yang beretnis Tionghoa.
Pak Pong bisa memainkan musik pengiring barongsai. Dahulu juga menjadi pemain/penarinya. Jadi beliau bukanlah sekadar pengrajin barongsai, melainkan sekaligus senimannya.
Pria bernama asli Slamet Hadi Prayitno itu berasal dari Gunungkidul. Orang Jawa asli yang beragama Islam. Akan tetapi, beliau akan menjadi sosok yang amat sibuk tatkala Imlek tiba.
Maklumlah. Jelang Imlek hingga hari H-nya banyak orderan pernak-pernik barongsai yang mesti diselesaikan. Pun, memenuhi undangan pentas barongsai di sana-sini.
Pak Pong berkisah bahwa beliau belajar tentang barongsai dari Mbah Doel Wahab, sang legenda barongsai Yogyakarta. Saya berencana untuk menulis tentang Mbah Doel Wahab juga. Semoga kelak tidak lupa.
Prestasi Pak Pong bersama Singa Mataram tak kaleng-kaleng. Yang terbaru, kelompok barongsai tersebut menjadi Juara 2 Kategori Barongsai Tradisional dan Juara 3 Kategori Naga Taolu Bebas dalam Kejuaraan Daerah Cabang Olahraga Barongsai Daerah Istimewa Yogyakarta 2024.
Nah. Apakah Anda baru tahu kalau barongsai ternyata termasuk cabang olahraga? Kalau iya, berarti kita sama.
Sungguh bersyukur saya bisa mengenal Pak Pong dan dunianya. Menambah pengetahuan dalam hal Imlek, terkhusus barongsai. Teman-teman saya tampaknya juga demikian. Semua antusias untuk mencoba menjadi barongsai.