Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Nyobain Barongsai di Rumah Pak Pong Singa Mataram

29 Januari 2025   21:32 Diperbarui: 31 Januari 2025   14:22 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencoba barongsai (Dokpri Agustina)

Akhirnya Imlek 2025 tiba dan saya seperti biasa, senantiasa antusias menyambutnya. Bukan sebab menerima banyak angpau. Bukan pula sebab bisa berkumpul dengan seluruh keluarga untuk merayakan Imlek.

Tidak, tidak. Saya berdarah Jawa 100 %. Tampang saya pun tak ada nuansa Tionghoanya sama sekali. Bahkan, tak ada yang berbaik hati memberi angpau kepada saya di tiap Imlek.

Saya antusias dengan datangnya Imlek karena suka dengan lampion-lampion cantiknya yang berwarna merah. Plus suka sekali menonton pertunjukan barongsai.

Beruntunglah saya sebab tinggal tak jauh dari 3 kawasan pecinan di Yogyakarta. Ketiganya adalah Ketandan, Beskalan, dan Pajeksan. Bahkan, Beskalan dan Ketandan masih satu kelurahan (yaitu Kelurahan Ngupasan) dengan kampung tempat saya berdomisili.

Gapura Kampoeng Ketandan (Dokpri Agustina)
Gapura Kampoeng Ketandan (Dokpri Agustina)

Beruntungnya lagi, Ketandan merupakan kawasan heritage. Rutin pula menjadi lokasi PBTY (Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta). Dengan demikian, tiap Imlek saya mudah melihat-lihat lampion dan menonton pertunjukan barongsai.

Tahun ini juga begitu. Tanggal 29 Januari 2025 pada pukul 14.00 WIB tadi, ada pertunjukan barongsai dan liong di Atrium Plaza Malioboro. Tentu seperti yang lalu-lalu, saya antusias menyimaknya.

Namun, kali ini ada rasa yang sedikit berbeda. Mengapa? Sebab sekarang saya lebih peduli dengan mereka yang memainkan barongsai. Biasanya 'kan sekadar menonton dan memotret atau bikin video. Tidak peduli dari mana asal-usul para pemain barongsai itu.

Bahkan, sekarang saya tahu di mana barongsai-barongsai yang beredar di Yogyakarta diproduksi. Tahu pula asal-usul penarinya. Mari. Saya akan menceritakannya kepada Anda sekalian.

Pak Pong dan Bengkel Kerjanya

Sebagaimana saya sampaikan di atas, saya tahu kalau berdomisili di dekat 3 pecinan yang ada di Kota Yogyakarta. Yang tidak saya ketahui, di salah satu pecinan tersebut tinggal seseorang yang akrab disapa Pak Pong.

Untunglah jelang Imlek 2025 saya berkesempatan untuk mengetahuinya. Bersama teman-teman dari Komunitas Cerita Jogjakarta, saya berkunjung ke rumah Pak Pong yang berada di Pajeksan. Lokasinya di sebelah barat Malioboro.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Siapa Pak Pong? Beliau adalah satu-satunya pembuat barongsai di Yogyakarta. Tentu beserta segala pernak-perniknya. Selain barongsai, beliau juga sekalian memproduksi celana dan sepatu yang dipakai oleh para penarinya. Pun, miniatur barongsai yang bisa dijadikan hiasan gantung.

Harga satu set barongsai beserta celana dan sepatu sekitar 5-6 juta. Masa pengerjaannya 2 minggu. Kalau harga satu set naga sepanjang 20 meter bisa mencapai 10 juta. Adapun harga miniatur barongsai saya lupa-lupa ingat, tetapi yang jelas antara Rp15.000,00 atau Rp25.000,00.

Jujur saya baru tahu dari kunjungan itu bahwa bulu domba asli adalah bahan yang dipergunakan untuk membuat barongsai. Selama ini saya tak pernah kepikiran tentang hal tersebut. Tahunya sekadar menonton pertunjukan barongsai.

Anda jangan membayangkan bengkel kerja Pak Pong berupa sebuah ruangan yang luas. Alih-alih di ruangan bengkel yang luas, Pak Pong dan pekerjanya justru membuat barongsai di mana saja di sekitar rumah. Rumah itulah bengkelnya.

Kampung Pajeksan merupakan kampung padat penduduk. Kebetulan pula rumah Pak Pong berada di gang sempit. Rumahnya pun terselip di antara rumah-rumah tetangga.

Pembuatan barongsai juga ada yang dilakukan di tepi jalan kampung. Sebetulnya sih, itu teras rumah. Berhubung posisi rumah sangat mepet dengan jalan, serasa bekerjanya di tepi jalan.

Pak Pong (bertopi cokelat) sedang memberikan penjelasan (Dokpri Agustina)
Pak Pong (bertopi cokelat) sedang memberikan penjelasan (Dokpri Agustina)

Selama kunjungan mau tak mau kami memenuhi jalan kampung. Jika ada sepeda motor, sepeda, atau orang lewat, padahal kami sedang berkerumun untuk menyimak penjelasan Pak Pong, terpaksa bubar dulu. Saat hendak berfoto bersama juga begitu. Harus fleksibel maksimal pokoknya.

Pak Pong tak punya toko khusus sebab rata-rata mengerjakan pesanan. Akan tetapi, beliau senantiasa punya stok barongsai. Jika ada calon pembeli, dipersilakan langsung datang ke rumah.

Yang menarik, tidak semua stok disimpan di rumah sendiri. Pak Pong menuturkan bahwa stoknya ada juga yang dititipkan di rumah-rumah tetangga. Luar biasa. Ini sungguh-sungguh sebuah bisnis yang tak dapat disebut kapitalis.

Perlu diketahui, Pak Pong merupakan salah satu pendiri Kelompok Barongsai Singa Mataram. Itulah sebuah kelompok barongsai yang unik karena anggotanya orang Jawa semua. Tidak ada yang beretnis Tionghoa.

Pak Pong bisa memainkan musik pengiring barongsai. Dahulu juga menjadi pemain/penarinya. Jadi beliau bukanlah sekadar pengrajin barongsai, melainkan sekaligus senimannya.

Pria bernama asli Slamet Hadi Prayitno itu berasal dari Gunungkidul. Orang Jawa asli yang beragama Islam. Akan tetapi, beliau akan menjadi sosok yang amat sibuk tatkala Imlek tiba.

Maklumlah. Jelang Imlek hingga hari H-nya banyak orderan pernak-pernik barongsai yang mesti diselesaikan. Pun, memenuhi undangan pentas barongsai di sana-sini.

Pak Pong berkisah bahwa beliau belajar tentang barongsai dari Mbah Doel Wahab, sang legenda barongsai Yogyakarta. Saya berencana untuk menulis tentang Mbah Doel Wahab juga. Semoga kelak tidak lupa.

Prestasi Pak Pong bersama Singa Mataram tak kaleng-kaleng. Yang terbaru, kelompok barongsai tersebut menjadi Juara 2 Kategori Barongsai Tradisional dan Juara 3 Kategori Naga Taolu Bebas dalam Kejuaraan Daerah Cabang Olahraga Barongsai Daerah Istimewa Yogyakarta 2024.

Dua piagam penghargaan terbaru (Dokpri Agustina)
Dua piagam penghargaan terbaru (Dokpri Agustina)
Nah. Apakah Anda baru tahu kalau barongsai ternyata termasuk cabang olahraga? Kalau iya, berarti kita sama.

Sungguh bersyukur saya bisa mengenal Pak Pong dan dunianya. Menambah pengetahuan dalam hal Imlek, terkhusus barongsai. Teman-teman saya tampaknya juga demikian. Semua antusias untuk mencoba menjadi barongsai.

Antre mencoba barongsai (Dokpri Agustina)
Antre mencoba barongsai (Dokpri Agustina)

Baiklah. Saya sudahi cerita mengenai Pak Pong dan barongsai ini. Semoga bermanfaat. Minimal bisa menghibur.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun