Perlu diingat, segala hal yang dikemukakan di sini berdasarkan sudut pandang seorang pengguna reguler. Pihak yang butuh angkutan umum dalam aktivitas keseharian sebab lebih hemat. Jadi, faktor kenyamanan dan estetika desain interior bus menjadi prioritas nomor sekian.
Asalkan bus tidak bobrok, dapat berjalan lancar tanpa rewel mesin, dan bodinya tidak karatan di sana-sini, sudah termasuk nyamanlah. Tak perlu penambahan printilan estetika yang sifatnya cuma tersier. Kalau ternyata pengelola mendesain bus seindah dan senyaman mungkin, itu bonus yang patut dinikmati. Bukan tuntutan dari pengguna reguler.
Pengelola bus pun bisa jadi tidak bermaksud memanjakan pengguna reguler. Kenyamanan optimal itu sesungguhnya mungkin dipersembahkan bagi para wisatawan. Bukankah Yogyakarta adalah kota wisata? Namun, tak ada salahnya warga lokal penumpang setianya ikut menikmati pelayanan optimal tersebut.
Sekali lagi, yang paling penting bagi pengguna reguler adalah ketersediaan bus dengan headway singkat. Plus bisa menjangkau semua wilayah kota dan sekitarnya. Pokoknya kalau Trans Jogja bisa untuk menjelajahi semua penjuru mata angin, itu keren sekali. Sesuai dengan tagline yang dipakai, yaitu Sang Penjelajah Andalan.
Syukurlah tagline itu sejauh ini bukan sekadar pepesan kosong. Bersama seorang kawan, saya beberapa kali menyempatkan diri untuk naik Trans Jogja di luar jalur-jalur yang biasa kami pakai.
Hasilnya? Lumayan memuaskan. Banyak lokasi yang biasanya cuma dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi, kini bisa dijangkau dengan Trans Jogja. Dalam arti lokasi-lokasi itu tak hanya dilewati Trans Jogja, tetapi juga didukung oleh ketersediaan halte portable yang posisinya tak jauh dari situ.
Kondisi tersebut jelas menyenangkan orang-orang yang tak punya kendaraan pribadi. Jika sebelumnya mesti naik ojek kalau hendak ke situ, sejak tersedia layanan Trans Jogja rute ke situ menjadi lebih hemat ongkos transportasinya.
Sejauh ini saya mencatat, yang mendesak untuk segera diatasi adalah transportasi publik dari Terminal Pakem ke beberapa objek wisata di sekitarnya. Misalnya ke Taman Wisata Kaliurang dan Museum Gunung Merapi.
Saat ini halte terakhir Trans Jogja di wilayah utara berada di Terminal Pakem. Masih terlalu jauh untuk berjalan kaki menuju objek-objek wisata yang ada di kawasan Kaliurang. Satu-satunya angkutan umum adalah ojek pangkalan. Yang pastinya relatif mahal.
O, ya. Di samping semua hal menyenangkan yang telah disebutkan di atas, ada satu hal yang patut disayangkan dari jadwal operasional Trans Jogja. Dari yang semula pukul 05.30 WIB - 21.30 WIB menjadi 05.30 - 20.30 WIB.
Itu pun dengan catatan *sampai halte terdekat. Jadi, kalau pada pukul 20.30 WIB Trans Jogja yang Anda tumpangi masih jauh dari tujuan Anda, mau tak mau Anda mesti turun di halte terdekat. Dari halte itu bus akan langsung pulang ke garasi.