Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Sepotong Cerita dari Lokasi Baru Teras Malioboro 2

14 Januari 2025   21:40 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:51 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid di Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)

Akan tetapi, sejauh pengamatan saya masih ada yang kurang. Mulai dari pintu utama, gerbang samping, hingga ujung ke ujung area Teras Malioboro 2, saya tidak melihat rambu-rambu yang menandakan bahwa di situ ramah disabilitas.

Semoga mata saya saja yang siwer. Andai kata memang tidak ada fasilitas untuk disabilitas, semoga pihak pengelola segera menyadari. Kemudian menindaklanjuti dengan menambahkannya.

Masjid di Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Masjid di Teras Malioboro 2 (Dokpri Agustina)
Ruang laktasi dan toilet perempuan (Dokpri Agustina)
Ruang laktasi dan toilet perempuan (Dokpri Agustina)

Kebetulan saya datang ke Teras Malioboro 2 bersamaan dengan rombongan dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Bahkan, pakaian saya dan kawan saya senada dengan dresscode mereka. Inilah yang menaikkan kepercayaan diri kami untuk jeprat-jepret tiap sudut yang ada.

Kami berpura-pura menjadi anggota tim dokumentasi. Saat berpapasan dengan Ibu Kepala Dinasnya, kami tersenyum dan mengangguk hormat. Beliau membalas senyum dan salam hormat kami, tetapi dengan ekspresi sedikit bingung. Tampaknya berusaha mengingat-ingat, ini anak buahku yang bertugas di bagian mana ya?

Di berita daring saya baca tentang keluhan sebagian pedagang terkait dengan sempitnya jatah lapak. Mereka mengatakan bahwa ukurannya tidak jauh beda dengan yang lama. Hanya saja, di Teras Malioboro 2 ada tambahan meja. Meja itulah yang bikin sempit.

O la la! Maksud pengelola pastilah baik. Menyediakan meja sekalian di lapak yang tersedia. Namun, rupanya pedagang punya konsep berbeda untuk menata lapaknya. Sebab konsep yang berbeda, otomatis kebutuhannya berbeda.

Di situlah titik singgungnya. Pengelola merasa telah memperhatikan, sedangkan pedagang merasa diabaikan kebutuhannya. Tidak nyambung.

Apesnya, banyak hal serupa terjadi dalam berbagai urusan. Ya sudah. Selama tidak ada perbaikan komunikasi dari masing-masing pihak, saling kesal akan selalu ada. Tidak bakalan ada solusi.

Lokasi untuk kuliner lesehan (Dokpri Agustina)
Lokasi untuk kuliner lesehan (Dokpri Agustina)
Lapak aksesoris dan tas yang sudah mulai buka (Dokpri Agustina)
Lapak aksesoris dan tas yang sudah mulai buka (Dokpri Agustina)

Demikianlah adanya.Tempat yang estetik dan representatif tidak serta-merta bikin pedagang nyaman berjualan. Faktanya begitu. Terlebih kalau lokasinya tidak strategis sehingga tidak berpotensi menghasilkan banyak pembeli. Buat apa berjualan di tempat representatif kalau tak punya omset penjualan yang cukup?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun