Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mendadak Piknik Awal Tahun ke Taman Paseban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

3 Januari 2025   23:08 Diperbarui: 3 Januari 2025   23:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bergaya di depan tulisan Taman Paseban Kabupaten Bantul (Dokpri Agustina)


Cerita perjalanan ini merupakan lanjutan dari cerita pura-pura jogging di Kawasan Malioboro. Silakan baca tulisan saya sebelumnya, jika Anda ingin tahu.

Begini ...

Setelah bosan duduk-duduk di Malioboro, saya dan teman saya memutuskan pulang. Tatkala itu waktu menunjukkan pukul 8 lebih sedikit. Kami pun berjalan ke selatan karena rumah kami memang di daerah selatan Titik Nol.

Akan tetapi, rencana pulang itu seketika buyar saat melewati halte TransJogja. Begitu saja kami memutuskan masuk halte. Tujuannya naik TransJogja jalur 15 yang perberhentian terakhirnya Palbapang, Kabupaten Bantul.

Bisa dikatakan bahwa itu merupakan momen pucuk dicinta ulam tiba. Kami memang sudah lama berencana naik jalur 15. Eh, mendadak datang kesempatan untuk mewujudkannya.

Singkat cerita, kami akhirnya sukses menjadi penumpang jalur 15. Di dalam bus, teman saya cek ricek halte-halte yang hendak kami lewati melalui HP. Dia bertanya, "Tujuan kita mana?"

"Eh? Oiyaaa. Kita belum menentukan tujuan. Hehehe," kata saya cengengesan. "Di tempat orang-orang biasa ngumpul sajalah. Pokoknya di mana saja yang tidak bikin kehadiran kita tampak aneh. Kita ini 'kan pergi tanpa tujuan pasti. Tentu dicurigai kalau beredar di area permukiman penduduk."

Teman saya tertawa-tawa mendengar jawaban tersebut. Kemudian bertanya lagi, "Enaknya ke pasar atau Paseban?"

"Oh, itu! Ke alun alun Paseban saja. Nanti aku mau foto di situ. Mau kupamerkan ke teman-temanku yang orang Bantul."

Teman saya masih tertawa-tawa. Katanya kemudian, "Oke, oke. Nanti dari Paseban kita jalan ke pasar. Jaraknya dekat kok."

Sekian menit berlalu. Tiba saatnya kami turun di halte Paseban. Dari halte tersebut tinggal menyeberang, kemudian berjalan ke selatan kurang lebih 300 meter.

"Akhirnya kesampaian masuk sini. Biasanya Paseban cuma kulewati karena tak punya kepentingan ke sini, " celetuk teman saya.

Saya mengiyakan. Setelah diingat-ingat, saya juga begitu. Selama ini belum pernah singgah di Taman Paseban yang menyatu dengan alun alun Paseban. Sementara di medsos, Taman Paseban tampak menggoda untuk disinggahi. Terutama gerobak-gerobak jajanannya.

Sayang sekali saat kami ke situ cuma ada dua penjual. Satu penjual ubi cilembu, satunya penjual es kacang ijo. Entahlah. Mungkin karena kami datang kepagian? Atau, karena tanggal 1 Januari?

Mobil penjual ubi cilembu (Dokpri Agustina)
Mobil penjual ubi cilembu (Dokpri Agustina)
Penjual es kacang ijo (Dokpri Agustina)
Penjual es kacang ijo (Dokpri Agustina)

Begitulah kondisinya. Cuma satu dua orang yang jogging di alun alun Paseban. Segelintir jajan es kacang ijo. Segelintir lagi main-main di Taman Paseban. Saking sepinya, sampai-sampai saya leluasa main ayunan. Tak perlu berebut dengan bocil. Hehe ...

Salah satu spot di Taman Paseban Bantul (Dokpri Agustina)
Salah satu spot di Taman Paseban Bantul (Dokpri Agustina)
Main ayunan di Taman Paseban Bantul (Dokpri Agustina)
Main ayunan di Taman Paseban Bantul (Dokpri Agustina)

Pada dasarnya saya suka dengan suasana Taman Paseban. Mungil, tetapi cukup indah. Fasilitas permainan cukup beragam. Tingkat kebersihannya oke, bahkan tersedia tong sampah yang terpilah. Ada yang untuk sampah organik dan anorganik.

Alun alun Paseban yang berada di sebelah barat Taman Paseban tak kalah menarik. Di pinggirannya terdapat kursi-kursi. Saya bayangkan, alangkah syahdu menikmati senja di situ.

Selama kami mengeksplorasi alun alun Paseban, kendaraan yang melintas tak banyak. Mungkin orang-orang Bantul kembali tidur selepas Subuh. Maklumlah, ya. Malam sebelumnya 'kan malam tahun baru. Sangat mungkin mereka ikut begadang merayakan pergantian tahun.

Terusterang saya justru suka dengan kondisi Taman Paseban dan alun alun Paseban yang tak ramai. Kami menjadi bebas merdeka untuk memotret apa pun yang menarik untuk dipotret.

Berhubung rasa haus tak tertahankan, saya mengajak cari es teh. Setelah mencermati seantero alun alun dan tak melihat ada penjual es teh, kami putuskan cabut dari situ. Saatnya berjalan ke utara. Menuju pasar. Tak lupa berfoto dulu di depan Kantor Bupati Bantul.

Bergaya di depan Kantor Bupati Bantul (Dokpri Agustina)
Bergaya di depan Kantor Bupati Bantul (Dokpri Agustina)

Sesudah berjalan kaki sekian menit, kami pun tiba di bagian belakang Pasar Bantul. Setelah menyisir bagian belakang itu, kam masuk ke dalam pasar. Luas juga pasarnya. Namun, saya perhatikan cukup lengang. Entah karena tanggal 1 Januari atau sebab resesi? Hehe ...

Saya senang sekali ketika menemukan area jajanan. Tentu tak melewatkan kesempatan untuk beli-beli jajanan. Senyampang di pasar, sekalian saya berbelanja keperluan sarapan.

Saya membeli kue tradisional khas Bantul, yaitu adrem. Tak lupa mides dan mie pentil sambal tempe. Plus jenang dan krasikan.

Adrem yang berwarna-warni (varian baru) (Dokori Agustina)
Adrem yang berwarna-warni (varian baru) (Dokori Agustina)

Saya pun makin haus. Untunglah segera menemukan warung soto ayam. Untung pula segera datang pesanan es teh saya. Alhamdulillah.

Usai makan soto kami kembali menjelajah area Pasar Bantul. Sekalian mencari halte TransJogja sebab kami berencana pulang.

Ketika belum lama tiba di bagian depan, si jalur 15 datang. Kebetulan haltenya tepat persis di depan pasar. Spontan kami berlarian ke arah bus. Nyaris ketinggalan. Untungnya sopir melihat kami yang berlarian dan yang terpenting, mau menunggu.

Rupanya si jalur 15 sudah penuh. Kami tak memperoleh tempat duduk sehingga terpaksa berdiri sejak naik di Pasar Bantul hingga turun di Jalan K.H.A. Dahlan Kota Yogyakarta. Lumayan pegal, tetapi seru sekali. Kami tak jera untuk mengulanginya suatu hari nanti.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun