Sekian menit berlalu. Tiba saatnya kami turun di halte Paseban. Dari halte tersebut tinggal menyeberang, kemudian berjalan ke selatan kurang lebih 300 meter.
"Akhirnya kesampaian masuk sini. Biasanya Paseban cuma kulewati karena tak punya kepentingan ke sini, " celetuk teman saya.
Saya mengiyakan. Setelah diingat-ingat, saya juga begitu. Selama ini belum pernah singgah di Taman Paseban yang menyatu dengan alun alun Paseban. Sementara di medsos, Taman Paseban tampak menggoda untuk disinggahi. Terutama gerobak-gerobak jajanannya.
Sayang sekali saat kami ke situ cuma ada dua penjual. Satu penjual ubi cilembu, satunya penjual es kacang ijo. Entahlah. Mungkin karena kami datang kepagian? Atau, karena tanggal 1 Januari?
Begitulah kondisinya. Cuma satu dua orang yang jogging di alun alun Paseban. Segelintir jajan es kacang ijo. Segelintir lagi main-main di Taman Paseban. Saking sepinya, sampai-sampai saya leluasa main ayunan. Tak perlu berebut dengan bocil. Hehe ...
Pada dasarnya saya suka dengan suasana Taman Paseban. Mungil, tetapi cukup indah. Fasilitas permainan cukup beragam. Tingkat kebersihannya oke, bahkan tersedia tong sampah yang terpilah. Ada yang untuk sampah organik dan anorganik.
Alun alun Paseban yang berada di sebelah barat Taman Paseban tak kalah menarik. Di pinggirannya terdapat kursi-kursi. Saya bayangkan, alangkah syahdu menikmati senja di situ.
Selama kami mengeksplorasi alun alun Paseban, kendaraan yang melintas tak banyak. Mungkin orang-orang Bantul kembali tidur selepas Subuh. Maklumlah, ya. Malam sebelumnya 'kan malam tahun baru. Sangat mungkin mereka ikut begadang merayakan pergantian tahun.
Terusterang saya justru suka dengan kondisi Taman Paseban dan alun alun Paseban yang tak ramai. Kami menjadi bebas merdeka untuk memotret apa pun yang menarik untuk dipotret.