Yang bikin sedih, kami diberitahu kalau sekarang tanah liat tidak lagi melimpah di Kasongan. Sementara produksi gerabah Kasongan terus berjalan. Jadi, bahan baku pembuat gerabah itu harus diimpor dari daerah lain.
Terlintas di pikiran saya, bagaimana kalau daerah lain itu juga kehabisan tanah liat? Mungkin solusinya cari daerah lainnya lagi. Demikian seterusnya sampai tak tersisa lagi tanah liat untuk bikin gerabah Kasongan. Entahlah.
Mungkin kalau hal itu benar-benar terjadi, kelar sudah riwayat gerabah Kasongan. Tinggal kenangan. Menjadi catatan sejarah. Menyedihkan, tetapi apa hendak dikata? Di titik inilah saya kemudian teringat perkataan Bu Ani (istri Pak Timbul) dalam rekaman video yang ditayangkan untuk kami.
Bu Ani menjelaskan bahwa MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo merupakan sebentuk dedikasi dan cinta sang suami untuk Kasongan. Pak Timbul Raharjo memang lahir, berkembang, dan berproses di Kasongan. Jadi melalui museum tersebut, beliau bermaksud mengenalkan A-Z tentang gerabah Kasongan kepada generasi muda dan generasi masa depan Kasongan. Jangan sampai mereka kehilangan jejak dengan sumber penghidupan nenek moyang mereka.
Nah! Bukankah visi Pak Timbul itu ada benang merahnya dengan kekhawatiran akan habisnya tanah liat tadi? Kalaupun tak ada lagi pengrajin gerabah di Kasongan, MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo telah mengantisipasinya. Menjadi pahlawan penyelamat generasi penerus Kasongan dari kebutaan akan profesi nenek moyangnya.
MuseumKu Gerabah Timbul Raharjo adalah tempat yang menyenangkan. Unik dan artistik di semua sudutnya. Isinya pun benda-benda estetik warisan sang seniman. Yang tentunya sekaligus menginspirasi siapa saja untuk senantiasa berkarya.
Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan nama. Tentu saja nama yang ditinggalkan itu bisa baik, bisa pula buruk. Tergantung bagaimana perilaku semasa hidup manusia yang bersangkutan.
Alangkah beruntung Ibu Ani Faiqoh (istri) beserta Magistyo TE Raharjo dan Wangi Bunga Raharjo (anak-anak) sebab Bapak Timbul Raharjo wafat meninggalkan nama baik. Plus segudang karya, inspirasi, dan manfaat bagi banyak orang.
Terusterang saya iri dengan mereka. Kisah cinta Bapak Timbul Raharjo dan Ibu Ani Faiqoh saja sudah bikin saya iri setengah mati. Terlebih warisan nama baik (bahkan besar) itu. Anda pasti iri juga 'kan?