Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tedhak Loji ke Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta

24 September 2024   15:52 Diperbarui: 24 September 2024   15:52 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tim Gedung Agung Yogyakarta

Sebetulnya baru sekitar pukul setengah sembilan pagi. Namun, sinar matahari yang menemani langkah saya sudah terasa garang. Jika bukan digerakkan oleh semangat untuk taat komitmen, tentu saya tidak bakalan beredar di luar rumah.

Komitmen apakah itu? Tak lain dan tak bukan, komitmen menjadi peserta Tur Edisi Spesial JWT bertema Tedhak Loji, yang diselenggarakan oleh Jogja Walking Tour (JWT) by Komunitas Malamuseum.

Labelnya saja Edisi Spesial. Demikian pula temanya yang tak kalah spesial. Jadi sayang sekali, kalau kesempatan emas terangkut jadi peserta tur spesial tersebut disia-siakan. Beberapa peserta yang pekerja kantoran saja sampai ambil cuti untuk bisa mengikutinya. Maklumlah ya, tur dilaksanakan pada hari kerja.

Perlu diketahui, Thedak Loji merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang arti harafiahnya 'menginjakkan kaki di kediaman residen'. Tema Thedak Loji yang dipilih JWT memang merujuk pada aktivitas Sultan Yogyakarta tempo doeloe, yaitu aktivitas berkunjung ke tempat tinggal residen. Adapun rumah residen yang dikunjungi itu disebut Loji Kebon. Yang sekarang dikenal dengan nama Gedung Agung dan menjadi salah satu dari Istana Kepresidenan RI.

Jadi, tur bertema Tedhak Loji ini memang istimewa dan langka. JWT tidak bakalan dapat menyelenggarakannya setiap saat. Untuk masuk ke kawasan Gedung Agung 'kan butuh izin terlebih dulu.

Singkat cerita, saya tiba di titik kumpul (yaitu di depan gerbang Museum Benteng Vredeburg) dengan selamat. Di situ sudah hadir sebagian besar peserta. Yang akhirnya terkumpul komplet tatkala jarum jam menunjuk tepat pukul sembilan.

Jadwal kami masuk Gedung Agung adalah pukul sepuluh. Namun, tur dimulai satu jam sebelumnya. Tujuannya memberikan pembekalan informasi terkait spot tujuan utama. Dengan demikian, kami tidak blank tatkala memasuki Gedung Agung.

Tentu saja pembekalan informasi tidak cuma dilakukan di satu tempat. Dari titik kumpul kami bergerak ke selatan, yaitu ke perempatan Titik Nol. Setelahnya menyeberang ke area bangunan heritage Bank Indonesia dan Kantor Pos Besar. Kemudian menyeberang ke barat, yaitu ke area bangunan heritage BNI '46. Selanjutnya menyeberang lagi ke utara, yaitu di area Gedung Agung.

Ada Apa Saja di Gedung Agung?

Tepat pukul sepuluh kami telah bersiap di ruang registrasi pengunjung Gedung Agung. Sebelumnya saat masuk ruang registrasi, kami harus melewati pintu detektor. Sementara koordinator rombongan mengisi buku tamu, kami memasukkan barang bawaan (termasuk kamera) ke loker-loker yang tersedia.

Pengunjung tidak boleh memotret saat di dalam ruangan. Dokumentasi akan dilakukan oleh tim Gedung Agung. Namun, HP tetap boleh dibawa asalkan tidak dipakai untuk memotret atau membuat video.

Hal pertama yang kami lakukan di Gedung Agung adalah foto bersama. Bukan keinginan kami, melainkan arahan dari tim pemandu Gedung Agung. Setelahnya kami diajak untuk menengok Ruang Garuda, yaitu ruangan yang dipergunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu kenegaraan. Ruang Garuda berada di antara Ruang Sudirman dan Ruang Diponegoro.

Ruang Sudirman yang di sebelah kanannya (yakni di sisi selatan) adalah ruangan untuk presiden. Terdiri atas ruang tamu, ruang kerja, dan ruangan pribadi.

Ruang Diponegoro yang berada di sebelah kiri (yakni di sisi utara) adalah ruangan untuk wakil presiden. Sama halnya dengan Ruang Sudirman, ruang ini terdiri atas ruang tamu, ruang kerja, dan ruangan pribadi.

Ruang Garuda terletak di tengah-tengah gedung utama. Sudah pasti menyimpan banyak catatan historis. Antara lain pernah menjadi saksi dilantiknya Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat dan Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia; pelantikan kabinet ketika pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta.

Ada banyak tokoh dari luar negeri yang pernah bertamu di Gedung Agung. Pada era 70-an antara lain Ratu Elizabeth ll dari Inggris, Presiden Macapagal dari Pilipina, dan P. M. Sirimavo dari Srilanka. Lalu, pada era 80-an antara lain Sri Paus Paulus Yohanes ll dari Vatikan serta Pangeran Charles dan Putri Diana dari Inggris.

Di belakang saya adalah Ruang Garuda (Dokpri Agustina)
Di belakang saya adalah Ruang Garuda (Dokpri Agustina)

Selanjutnya pemandu mengajak kami ke gedung di bagian paling selatan. Yang dahulunya merupakan Kompleks Seni Sono dan terpisah dari Gedung Agung. Namun, sekarang menjadi museum berlantai dua dan terintegrasi dengan Gedung Agung.

Koleksi museumnya berupa foto-foto para Presiden R1. Mulai dari Presiden Soekarno hingga Presiden SBY. Mengapa tidak ada koleksi tentang Presiden Jokowi? Tentu saja tidak ada karena beliau sekarang masih menjabat sebagai Presiden RI. Kelak pasti ada.

Selain koleksi foto-foto para Presiden RI, ada koleksi guci antik dan benda antik lainnya. Pun, barang-barang unik yang merupakan cinderamata dari negara lain.

Yang paling menonjol dari museum ini adalah koleksi lukisan kerennya. Penyebabnya, Presiden Soekarno merupakan seorang pecinta lukisan yang sekaligus seorang kolektor.

Kebetulan saya sedikit punya antusiasme terhadap seni lukis. Jadi, familiar dengan nama-nama pelukis yang karyanya dipajang. Saya juga senang sekali karena akhirnya bisa melihat secara langsung lukisan karya Henk Ngantunk (seniman yang diangkat menjadi gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Soekarno).

Dokumentasi Tim Gedung Agung Yogyakarta
Dokumentasi Tim Gedung Agung Yogyakarta

Sayang sekali durasi kunjungan amat terbatas. Jadi, kami hanya bisa menikmatinya sepintas lalu dengan terburu-buru. Apa boleh buat? Saya pikir kelak saya mesti ke sini lagi. Semoga pula Gedung Agung tetap terbuka untuk umum di periode pemerintahan yang berikutnya nanti, nanti, dan nanti.

Perlu diketahui, bukan hanya Presiden RI dan wapresnya yang boleh berkantor dan menginap di Gedung Agung. Para menteri dan pejabat lain juga boleh. Namun, tentu saja di gedung yang berbeda dari yang diperuntukkan bagi presiden dan wapres.

Di kompleks istana kepresidenan Yogyakarta terdapat enam bangunan. Gedung Agung (sebagai bangunan utama), Wisma Negara, Wisma Indraphrastha, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu, dan Wisma Saptapratala. Tentu masing-masing punya fungsi yang berlainan. Ada yang diperuntukkan bagi para menteri, para ajudan presiden, dokter pribadi presiden, dan lain-lain.

Lagi-lagi gara-gara durasi waktu kunjungan yang sangat terbatas, tidak ada penjelasan lebih detil dari pemandu. Yeah?! Kompleks istana yang seluas itu dan waktu kami cuma satu jam, mana main? Hehe ...

Sekadar Saran dan Trik

Demikian pengalaman saya dalam mengikuti Tur Spesial Tedhak Loji bersama Jogja Walking Tour hari ini. Alhasil, tanggal 23 September 2024 menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidup saya.

Iya dong, bersejarah. Bukankah dari 270 juta lebih rakyat Indonesia, terkhusus yang riil rakyat jelata, cuma sedikit persen yang berkesempatan masuk ke Gedung Agung? Jangankan yang riil kalangan akar rumput seperti saya. Yang pejabat atau ASN terkait pun belum tentu berkesempatan ke situ. Lebih-lebih yang tidak tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya.

Tentu bukan sebab saya keren dan berprestasi. Ini cuma soal domisili dan ambisi. Kebetulan saya berdomisili di kota yang penuh keistimewaan, yaitu Yogyakarta. Plus punya ambisi untuk mengunjungi tiap lokasi heritage yang ada di seantero Yogyakarta.

Terlebih Gedung Agung beralamat di Kelurahan Ngupasan, yakni kelurahan tempat saya berdomisili saat ini. Jadi, saya mencari-cari solusi untuk bisa mengunjunginya sehingga tidak lewat-lewat melulu di depan atau di sampingnya. Syukurlah "cita-cita" saya memasuki Gedung Agung tercapai melalui perantaraan Jogja Walking Tour by Komunitas Malamuseum.

Perlu diketahui, pada dasarnya Gedung Agung memang terbuka untuk umum. Sesuai dengan tagline yang dipakai, yaitu ISTURA (istana untuk rakyat). HTM-nya pun free alias gratis. Jika datang berombongan, kita cukup mengajukan surat permohonan untuk berkunjung. Dilengkapi dengan pemberitahuan jumlah anggota rombongan. Jika jawaban oke telah kita terima, tinggal bersiap-siap datang sesuai dengan jadwal.

Anda berminat mengunjungi Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta? Bila iya, segera saja bikin surat permohonan dan langsung kirimkan ke pengelolanya. Kemudian tinggal menunggu jawaban dan Anda bersiap melakukan tur ke situ.

Namun, jangan lupa untuk berpakaian sesuai dengan aturan. Pengunjung Gedung Agung tidak boleh mengenakan kaus oblong, celana jeans, celana pendek, sandal, dan kacamata hitam. Harap pastikan bahwa Anda tidak kelupaan dengan aturan berpakaian tersebut. Daripada ditolak berkunjung, padahal sudah registrasi dan sampai di lokasi.

Jangan lupa, manfaatkan waktu kunjungan seefektif mungkin. Begitu pemandu tur mengucapkan salam perpisahan, bergegaslah keluar ruangan. Cepatlah mengeksplorasi hal-hal menarik yang ada di halaman. Misalnya arca-arca ini.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Jangan terlalu lama di area ini karena waktu kunjung cuma satu jam. Dari Pelataran Arca, segeralah melintasi halaman yang asri dan luas untuk menuju pintu keluar Jangan lupa sembari memainkan kamera HP.

Kalau hendak berfoto, sat-set saja langsung jepret. Tak usah pakai acara mikir panjang dan malu-malu. Mengapa? Sebab Anda akan segera dihalau keluar, ketika rombongan pengunjung berikutnya telah berjalan menuju Ruang Garuda. Kalau tidak gesit jeprat-jepret malah bisa gagal berfoto.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun