Pada tahun 2014 Richard Simpkin bahkan menyelenggarakan pelatihan menulis surat di sekolah-sekolah. Tujuannya untuk lebih mengenalkan seni menulis surat dengan tulisan tangan. Puncaknya, seniman Australia yang juga penulis dan fotografer itu berkreasi dengan menetapkan 1 September sebagai Hari Menulis Surat Sedunia. Unik, ya?
Mengapa saya tertarik membicarakan Hari Menulis Surat Sedunia? Tak lain dan tak bukan sebab saya gemar menulis surat. Iya, menulis. Bukan mengetik. Dahulu saya 'kan punya banyak sahabat pena. Bukan sahabat e-mail.
Pun, saya menjadi teringat pada kebijakan sekolah anak saya dahulu. Saat dia SMK. Kebijakannya begini. Jika siswa tidak masuk sekolah untuk suatu keperluan atau sebab sakit, orang tuanya wajib menulis surat izin dengan ditulis tangan.
Pada hari H tidak masuk, orang tua memang diperbolehkan memberi kabar melalui WA. Bisa japri pesan pendek ke wali kelas atau memotret surat izin yang telah dituliskan, lalu dikirimkan ke wali kelas/WAG kelas. Akan tetapi, kelak bila siswa tersrbut kembali masuk sekolah, surat izin versi tulis tangan harus dibawa dan diserahkan kepada wali kelas.
Dulu saya pikir kebijakan tersebut bikin repot. Kini setelah tahu bahwa ada Hari Menulis Surat Sedunia, saya berpikir bahwa itu kebijakan yang keren.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H