"Oalah."
"Jadi kalau boleh, mau minta tolong DM-kan adik. Ngasih tahu kalau kami menunggunya di sini. Dekat Titik Nol."
"Eh? Kalian enggak bawa HP? Atau, sedang low batt?"
"Enggak punya. Saya memang sengaja sih, enggak pakai HP. Berusaha tidak kecanduan. Mereka itu juga."
"Ah, iya-iya. Paham. Aku paham maksudmu. Maksud kalian," kata saya sembari tersenyum.
Ketiga pemuda di depan saya itu pun ikut tersenyum. Kemudian saya bertanya, "Adikmu punya kontak WA atau tidak? Daripada via DM Instagram lebih baik via WA. Via Instagram takutnya tidak segera dibaca. Kalau WA 'kan bisa lebih cepet."
"Hehe ... iya."
"Kamu hafal nomor WA-nya?"
"Hafal."
Kemudian dia menyebutkan sederet angka dan saya mencatatnya. Sekalian langsung mengirimkan pesan kepada nomor tersebut.
"Sudah terkirim, tapi kok belum segera dibaca. Kita tunggu dulu. Semoga segera dibaca dan dibalas," kata saya.