Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepergian Penyair Joko Pinurbo dan Mereka yang Tak Merasa Kehilangan

28 April 2024   23:03 Diperbarui: 28 April 2024   23:10 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di PUKY, pagi 28 April 2024 (Dokpri Fortu/KMSI '92 UGM)

Hanya saja beberapa waktu kemudian rasa senang saya tereduksi. Begini penyebabnya. Di sebuah malam saya singgah ke Teras Malioboro 1 bersama seorang teman dari luar kota, yang ingin berfoto di tulisan ikonik karya Joko Pinurbo tersebut. Setelah mengantre sebentar, tibalah giliran teman saya. Tentu saya yang bertindak sebagai juru potret. Nah! Pada momentum itulah saya tersadar akan sesuatu yang bikin masygul.

Ternyata, o, rupanya. Tulisan "Joko Pinurbo" tidak terlihat jelas karena tidak berlampu. Sementara penggalan puisinya yang ditulis dengan huruf-huruf berukuran besar, justru berlampu. Entahlah apa penyebabnya. Mungkin karena tulisan nama Joko Pinurbo adalah item susulan. Keberadaannya tidak dirancang sejak awal.

Alhasil, nama Joko Pinurbo terpampang relatif jelas manakala pagi hingga sore saja. Saat hari masih terang benderang. Begitu malam tiba, lain perkara. Namun, itungannya masih lumayanlah daripada tak dicantumkan sama sekali.  

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina

Kiranya Tuhan Sang Pemilik Kata-kata mengatur kepergian Penyair Joko Pinurbo dengan indah. Dipanggil kembali menghadap-Nya pada tanggal 27 April 2024 (sehari sebelum Hari Puisi Nasional) dan dikebumikan pada Hari Puisi Nasional (28 April 2024). Sungguh, itu bukan merupakan kebetulan biasa bagi seorang penyair.

Selamat jalan, Pak JokPin. Terima kasih telah mewariskan rumusan ikonik tentang Kota Yogyakarta. Yang terbukti tak cuma mengabadi dalam ingatan para penggemar puisi, tetapi juga dalam ingatan orang-orang yang bahkan tak merasa kehilangan atas kepergianmu.

Namun, percayalah. Mereka tak merasa kehilangan bukan sebab benci atau tak peduli, melainkan memang benar-benar tak mengenalmu. Buktinya setelah beberapa di antara orang-orang itu tahu, mereka menjadi terpukau dan respek. Kiranya hal ini menjadi sebuah fakta menarik, terkhusus fakta yang terjadi di lingkungan terdekat saya.

Demikianlah adanya. Penyair Joko Pinurbo berpulang bukan saja meninggalkan sederet karya keren. Kepulangan beliau ke rumah-Nya ternyata juga memperbanyak jumlah orang yang mengaguminya.

Sesi Book Signing di FIB UGM, Februari 2023 (Dokpri Agustina)
Sesi Book Signing di FIB UGM, Februari 2023 (Dokpri Agustina)
 

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun