Â
Teknik Konservasi Vacuum & Brushing pada prinsipnya sama dengan pemakaian vacuum cleaner ketika kita membersihkan debu di rumah. Hanya saja untuk konservasi benda museum, dilakukan dengan sedikit modifikasi.
Debu yang melekat pada koleksi museum tidak bisa langsung disedot dengan vacuum cleaner. Debu itu harus diangkat dulu dengan cara menyapukan sikat/kuas di permukaan koleksi yang dikonservasi.
Caranya, satu tangan memegang kuas dan tangan lainnya memegang vacuum cleaner. Permukaan koleksi museum kita sikat pelan-pelan agar debunya terangkat. Bersamaan dengan itu, moncong vacuum cleaner diarahkan ke area yang kita sikat. Tujuannya menyedot debu yang telah terangkat sehingga tidak menyebar ke mana-mana. Atau, malah menempel lagi pada koleksi yang sedang dibersihkan.
Â
Hal itu dilakukan ke seluruh bagian koleksi yang dikonservasi. Dengan demikian, makin besar ukuran koleksi bakalan makin lama pengerjaannya. Pastilah sangat butuh kesabaran dan ketekunan. Plus kesetiaan total.
Karena mesti berurusan dengan debu, yang tak jarang debunya pun terjangkit jamur, Â kita wajib memakai masker yang lapisannya minimal 3. Lebih-lebih kalau kita alergi debu. Tentu penderita asma atau gangguan pernapasan lainnya tidak disarankan untuk melakukan pekerjaan semacam ini.
Ada saran satu lagi. Sebab vacuum cleaner itu bersuara, bahkan ada yang suaranya kencang, lebih baik mempergunakan pelindung telinga manakala melakukan konservasi dengan Teknik Vacuum & Brushing. Demi kesehatan organ pendengaran.
Sebelum praktik melakukan konservasi, kami dibagi ke dalam 3 kelompok. Jadi, masing-masing kelompok terdiri atas 3 "murid". Tiap kelompok diserahi 1 koleksi museum yang berbahan kain, 1 vacuum cleaner, dan 3 borang. Melakukan konservasinya merupakan kerja kelompok. Pengisian borangnya secara individual.
Â
Mungkin Anda bertanya-tanya, sepenting apakah kerja menghalau debu-debu dari koleksi museum? Ow! Tak lain dan tak bukan, jawabannya sangat penting.