Rupanya waktu yang berjalan membuat kami sadar bahwa semua hal dapat dimusyawarahkan. Tak terasa, sedikit demi sedikit kami pun mempraktikkan isi 10 Program Pokok PKK.
Saya juga mencatat satu poin berfaedah dari rutinitas pertemuan PKK dan dasawisma. Terkhusus dari susunan acaranya yang terlihat seremonial dan penuh formalitas.
Begini. Dalam tiap pertemuan selalu diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya", pembacaan Pancasila, dan menyanyikan "Mars PKK" secara bersama-sama. Dampaknya tanpa perlu latihan khusus, kami hafal dengan sendirinya.
Apakah itu penting? Tentu saja penting. Plus membanggakan. Terutama jika mengingat bahwa sebagian dari kami tak bisa baca tulis, bahkan tak pernah mengenyam bangku sekolah. Terutama lagi jika mengingat bahwa ada pejabat yang tak hafal "Indonesia Raya" Â dan Pancasila. Nah!
Tak Mau Terpisah
Sepintas lalu dasawisma tampak receh. Namun sebagai turunan terkecil dari organisasi PKK tingkat kelurahan, dasawisma punya sederet agenda kegiatan. Justru program-program PKK dari tingkat atas, terealisasinya di tingkat dasawisma.
Sampai di sini, masihkah Anda menganggap kegiatan dasawisma dan ibu-ibu PKK cuma arisan? Mungkin ada yang seperti itu. Namun, pengalaman saya berbeda.
Terlebih teman-teman sedasawisma saya bertipe aktif dan penuh inisiatif. Alhasil selain menjalankan program-program dari PKK tingkat kelurahan, kami juga punya rencana kegiatan hasil usulan anggota. Antara lain senam pada Minggu pagi, sepedaan ke Kraton Yogyakarta, piknik bersama (ini paling sering dilakukan), dan belajar membuat batik ikat celup.
Perlu diketahui, dasawisma mestinya beranggotakan 10 orang dan rumah mereka saling berdekatan. Namun, anggota dasawisma tempat saya tergabung berjumlah 22. Kelebihannya sampai 100 %. Menariknya, mereka tidak mau dijadikan dua dasawisma dengan alasan sudah telanjur akrab.
Apa boleh buat? Daripada semua kegiatan malah berantakan gara-gara para anggota ngambek, jalan tengah pun diambil. De facto tetap satu dasawisma meskipun de yure menjadi dua. Jadi kegiatannya tetap bersama-sama, cuma namanya yang berubah menjadi dua.
FOTO
PenutupDi atas adalah kisah pengalaman saya sewaktu berdomisili di wilayah pedesaan. Yang struktur organisasi PKK-nya terdiri atas PKK tingkat desa/kelurahan, di bawahnya ada PKK tingkat pedukuhan, di bawahnya lagi ada PKK tingkat RT, dan paling bawah adalah dasawisma.