Arisan dan Simpan Pinjam Hanyalah Strategi
Perlu diketahui bahwa tatkala itu pertemuan dasawisma kami sudah sempat ditunda dari jadwal semula. Kalau ditunda lagi keburu jadwal pertemuan PKK tingkat RT tiba. Sementara dalam pertemuan PKK tingkat RT, tiap-tiap dasawisma wajib melaporkan kegiatannya selama sebulan lalu. Tujuannya cek ricek, apakah program dari PKK tingkat kelurahan, pedukuhan, dan RT sudah dilaksanakan atau belum.
Kalau sampai pertemuan dasawisma belum terlaksana hingga hari pertemuan PKK tingkat RT, berarti pengurus dasawismanya tidak bertanggung jawab. Masak iya, ada waktu sebulan kok tidak bisa mengatur waktu pertemuan yang cuma butuh beberapa jam?
Jadi, saya sama sekali tidak sok sibuk. Hanya kebetulan sedang sibuk karena dasawisma.
Sejauh pengalaman saya, mengurus dasawisma mesti serius. Tidak dapat seenaknya tanpa target. Kegiatannya tidak sekadar arisan. Memang ada arisan, tetapi diselenggarakannya sebagai magnet supaya para anggota mau hadir ke pertemuan rutin. Bukan sebagai tujuan utama.
Harus diakui, membuat anggota dasawisma MAU HADIR ke pertemuan adalah kunci. Kalau hadir saja tidak mau, bagaimana mungkin program-program PKK bisa tersampaikan? Kebetulan magnet paling kuat bagi dasawisma kami adalah arisan. Plus simpan pinjam tanpa bunga.
Jadi strateginya, sebelum dudahan disampaikan "oleh-oleh" dari kelurahan. O, ya. Dudahan adalah penentuan siapa yang akan putus arisan dan siapa yang boleh berutang. Sengaja dua magnet tersebut diletakkan di ujung acara. Dengan demikian, mau tidak mau semua ikut menyimak "oleh-oleh".
"Oleh-oleh" yang dimaksud adalah hasil pertemuan PKK tingkat kelurahan. Ketua PKK RT kami 'kan tiap bulan mengikuti pertemuan di balai desa. Kemudian beliau akan meneruskan informasi apa pun yang diperoleh kepada semua ketua dasawisma, yang akan menyampaikannya kepada anggota masing-masing.
Anggota dasawisma sekaligus merupakan anggota PKK. Jadi wajib tahu program-program PKK mulai dari tingkat RT hingga kelurahan, yang notabene adalah perpanjangan tangan dari PKK tingkat nasional. Terlebih untuk program-program yang butuh keterlibatan aktif masyarakat.
Bergerak dari Dasawisma untuk Indonesia
Selama aktif sebagai sekretaris dasawisma, "oleh-oleh" yang pernah saya alami (terima) antara lain perintah untuk menggalakkan TOGA (Tanaman Obat Keluarga), membuat kebun sayur keluarga, meningkatkan gizi keluarga, dan mengaktifkan jumantik (juru pantau jentik) mandiri. Untuk "oleh-oleh" model begini tentu butuh tindak lanjut. Tidak bisa sekadar diterima.