Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dua Hal Berkesan dari Pengalaman Naik Kendaraan Umum di Jakarta

8 Agustus 2023   11:23 Diperbarui: 8 Agustus 2023   11:29 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Justru sang sopir bilang, "Ditunggu ya, Bapak, Ibu, kasihan kalau ditinggal. Mungkin sudah menunggu lama tadi."

Ajaibnya, para penumpang mayoritas bereaksi positif. Tidak ada yang naik darah. Itulah sebabnya saya dan dua teman lumayan gagap ketika berkendaraan umum di Jakarta.

Namun, saya juga dibikin takjub oleh satu hal saat naik mikrolet di Jakarta. Di Yogyakarta, selagi tampak ada ruang kosong di antara penumpang yang duduk, kernet pasti masih berusaha menjejalkan penumpang baru. Sementara di Jakarta tidak begitu yang saya jumpai.

Berdasarkan pengalaman berkendaraan umum di Jakarta, ada 2 poin penting yang mengesankan bagi saya.

Pertama, di Jakarta harus gesit serta kuat fisik dan mental kalau hendak naik kendaraan umum. Sopir tidak mau menunggu lama.

Kedua, di Jakarta lebih tertib dengan aturan jumlah penumpang yang bisa duduk. Kalau aturannya 5, ya diisi 5 saja. Meskipun kelima penumpang kurus-kurus sehingga bangku tampak leluasa, tidak ditambahi penumpang lagi.

Calon penumpang yang datang belakangan pun tak memaksa minta ikut duduk. Dia akan berdiri di pintu, duduk di lantai, atau menunggu mikrolet berikutnya.

***

Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi pada sekitar tahun 2.000. Jadi, kemungkinan besar moda transportasi yang saya ceritakan di sini sudah tidak ada. Sudah digantikan jenis yang baru. Atau minimal, sudah tidak lagi menjadi moda transportasi idola.

Akan tetapi, tipikal perilaku (calon) penumpang kendaraan umum di Jakarta, bisa jadi masih sama. Tetap lebih agresif daripada (calon) penumpang di Yogyakarta. Terlebih sekarang warga Yogyakarta justru kurang antusias naik kendaraan umum. Jadi, makin tak punya alasan untuk agresif.

Demikian sedikit cerita yang bisa saya bagikan, terkait pengalaman naik kendaraan umum di Jakarta. Semoga ada faedahnya untuk Anda sekalian. Minimal dapat membuat sedikit bernostalgia ke era dua dekade silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun