Ada pula yang tahu caranya, tetapi terkendala bila harus pergi ke kantor koperasi. Meskipun ada kantor cabang terdekat sekalipun, yang namanya kendala tetaplah kendala. Entah karena tak ada akses kendaraan, memang tak bisa bepergian, ataupun terkendala oleh hal-hal lain.
Pastilah tak semudah membalikkan telapak tangan untuk melakukan ketiga hal tersebut. Akan tetapi, ketiganya BISA mempertahankan eksistensi koperasi. Tentu asalkan konsisten dilakukan.
Kalau mau teliti, sesungguhnya masih banyak koperasi yang berjalan sesuai "khitah"-nya. Sebagaimana yang dahulu digagas oleh Bung Hatta, salah satu Bapak Bangsa kita. Salah satu contohnya KSPPS (Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah) BMT Beringharjo.
Koperasi tersebut berdiri pada tahun 1994 dan kini telah makin eksis. Salah satu indikasinya adalah punya banyak cabang di berbagai wilayah. Bukan cuma tersebar di sekitar Pasar Beringharjo Yogyakarta. Anda bisa berselancar di internet untuk mengenalinya lebih detil.
Sejauh pengamatan saya, kunci kesuksesan KSPPS BMT Beringharjo adalah keseriusannya untuk menolong perekonomian masyarakat. Banyak anggotanya yang telah merasakan manfaat dari keseriusan tersebut. Sikap amanah inilah yang lambat-laut memperkokoh kepercayaan khalayak terhadapnya.
KSPPS BMT Beringharjo juga cukup responsif dengan dinamika zaman. Paling tidak, keaktifan website serta akun Instagram dan Tiktoknya bisa menjadi bukti.
Metode jemput bola pun dilakukan. Dahulu saya pernah beberapa kali melihat pegawainya mendatangi para penjual kakil ima di Malioboro. Tatkala itu untuk penagihan cicilan pinjaman.
Terus terang saya terkesan melihat pemandangan tersebut. Petugas berseragam batik datang ke lapak jualan dengan buku catatan siap di tangan. Pemilik lapak menyambut ramah dan tanpa drama menyerahkan sejumlah uang. Si petugas kemudian mencatatnya, mengucapkan terima kasih disertai sedikit obrolan ramah tamah, lalu berpamitan untuk bergeser ke lapak selanjutnya.
Apa yang menyebabkan saya terkesan?Â
Tak lain dan tak bukan, sikap tertib pemilik lapak yang tanpa drama menyerahkan uang cicilan. Saya pikir penyebabnya pastilah keikhlasan. Ikhlas untuk melunasi pinjaman. Adapun rasa ikhlasnya hadir karena dia merasa telah dibantu melalui pinjaman tersebut.
Bagi Anda hal itu mungkin tidak mengesankan. Namun bagi saya, yang kerap melihat adegan serupa antara bank plecit* dan nasabahnya, jelas merupakan "sesuatu".