Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Kenji Mengatakan Bahwa Dirinya Ingin Menjadi Pratama Arhan

19 Mei 2023   21:14 Diperbarui: 19 Mei 2023   21:38 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Nonton enggak tadi? Arak-arakan timnas?"

"Iya. Ramai banget. Tadi Arhan kelihatan jelas.

"Eh. Dulu seru ya, pas Arhan masukin gol? Lalu tawuran."

"Heh, ngawur. Arhan enggak ikut final. Kena kartu merah."

"Yang bikin gol itu Irfan. Bukan Arhan."

"Tapi Arhan ada di lapangan. Ikut nerima hadiah."

"Itu nyusul. Setelah pertandingan selesai, dia baru ke lapangan."

"Aku besok mau jadi Arhan."

"Enggak bisalah. Kamu 'kan Kenji. Masak mau jadi Arhan?!"

"Mau ganti nama?"

"Bukaaan. Mau juara sepakbola juga maksudnya. Seperti Arhan."

"Kayak masku. Sering ikut pertandingan. Tapi enggak di timnas."

"Kalau aku maunya jadi timnas."

"Berarti kamu keren kalau timnas. Eh, Nji. Kenji. Kalau kamu membela Indonesia aku pasti nonton."

....

Saya tersenyum-senyum sendiri menyimak obrolan anak-anak tetangga. Mereka adalah para bocah yang masih duduk di bangku SD.

Rupanya mereka tak ketinggalan isu-isu terkini. Adapun kali ini, isu yang diobrolkan adalah sepakbola.

Terkhusus timnas merah putih U-22, yang tempo hari sukses merebut medali emas SEA GAMES 2023. Terkhusus lagi Pratama Arhan, yang rupanya menjadi idola Kenji.

Begitulah adanya. Anak-anak tersebut adalah bagian dari kita. Termasuk ke dalam itungan 280 jutaan rakyat Indonesia.

Yang sayang sekali, acap kali dalam isu apa pun, celotehan mereka kerap tak digubris. Dianggap tidak penting. Sekadar ditertawakan sebab terkadang memang lucu dan absurd.

Sementara tak jarang, celotehan lucu mereka mengandung sesuatu yang penting untuk direnungkan. Bahkan, perlu dipikirkan secara serius dan kemudian ditindaklanjuti.

Contohnya celotehan Kenji tersebut. Bisa jadi bocah kelas 3 SD itu tak sekadar berceloteh. Ada kemungkinan dia sedang sungguh-sungguh menyatakan tekadnya. Cita-citanya.

Saya memang baru sekali mendengarnya. Akan tetapi, bukan tak mungkin pada waktu-waktu sebelumnya dia kerap mencelotehkan hal serupa.

Ingin menjadi Arhan. Ingin menjadi Messi. Atau ucapan apalah-apalah lain, yang intinya menunjukkan bahwa dirinya berkeinginan menjadi pesepakbola profesional.

Mungkin pula Kenji telah menyampaikan celotehan serupa itu kepada ayah dan kakak laki-lakinya. Perkara celotehannya itu dianggap angin lalu atau tidak, tentu saya tidak tahu.

Namun, semoga saja mereka memberikan respons yang positif. Minimal tidak menertawakannya.

Kalau sampai ditertawakan, sedangkan keinginan Kenji amat serius, itu sungguh menyedihkan. Ibarat mematikan bibit tanaman yang baru mulai bertunas.

Sekarang Kenji kelas 3 SD. Berarti kurang lebih berusia 8 atau 9 tahun. Kalau serius ingin menjadi pesepakbola profesional, idealnya dia sudah memulainya satu atau dua tahun lalu.

Akan tetapi, saya lihat-lihat Kenji cuma kerap bermain sepakbola di lapangan dekat rumah. Just for fun. Bukan yang fokus ke prestasi. Tanpa ada pelatih teknis.

Kalau memang "celotehan ingin menjadi Arhan" sekadar celotehan, tentu tak jadi soal. Namun, bila celotehan tersebut merupakan upayanya untuk menyampaikan keinginan serius, tentu bakalan beda perkara.

Bagi saya, segala rupa celotehan anak terkait cita-cita adalah sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Sebelia apa pun usia anak, celotehan serupa itu sebaiknya tidak diabaikan begitu saja. Terlebih kalau frekuensinya sering. Plus disertai dengan aktivitas-aktivitas terkait celotehannya tentang cita-cita.

Balik ke celotehan Kenji, semoga saja celotehan berbau cita-cita itu diperhatikan kedua orang tuanya. Kalau sampai sekarang dia belum belajar sepakbola secara benar, semoga bukan sebab ditolak cita-citanya.

Mungkin saya terkesan suuzon. Hanya saja, "pikiran suuzon" tersebut muncul bukan tanpa sebab. Justru lahir dari pengalaman.

Beberapa kali saya melihat anak-anak yang bercita-cita menjadi pemain bola terpaksa kecewa. Belum-belum orang tua sudah melarang dengan alasan tidak menjamin masa depan.

Sementara faktanya, kalau punya manajemen finansial yang baik, seorang pemain bola profesional pun bisa terjamin masa depannya. Terlebih kalau si pemain bola itu tidak melalaikan pendidikannya. Jadi, kelak selepas dari profesi atlet yang terbatasi usia, dia punya bekal untuk bekerja atau berwiraswasta.

Diakui atau tidak, adanya para pesepak bola yang mengorbankan studi mereka memang bikin orang tua enggan jika anaknya bercita-cita menjadi pemain bola. Lebih-lebih kalau anaknya pintar dalam bidang akademis.

 Apa boleh buat? Keengganan tersebut sungguh dapat dimaklumi.

Akan tetapi, saya pikir kini eranya berbeda. Banyak pemain bola Indonesia yang tak abai pada pendidikan. Salah satu contohnya Pratama Arhan, yang merupakan idola Kenji.

Sejauh pengetahuan saya, Arhan adalah mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Oleh sebab itu, tak jadi soal bila Kenji bercita-cita menjadi pemain bola tenar sepertinya. Arhan malah bisa menjadi inspirasi bagi Kenji dalam bercita-cita 'kan?

***

Demikianlah tulisan yang terpantik dari celotehan Kenji, yaitu saat dia mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi Pratama Arhan.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun