Ada orang yang menjelekkan nama saya, apa iya cuma minta maaf belaka? Terlebih bila menimbulkan dampak buruk dan finansial.
Iya, iya. Terlalu banyak orang yang telah dengan sengaja melukis luka di hati saya.
Atas nama kekuasaan, terkait dengan posisi saya sebagai warga kelas teri yang cenderung rapuh dalam banyak hal.
Atas nama hegemoni penguasaan, terkait takdir saya sebagai perempuan. Atas nama apa pun.
Begitulah adanya. Perjalanan usia dan pengalaman pahit pada akhirnya mengajari saya untuk lebih realistis.
Untuk tidak terlalu berbaik hati kepada semua orang. Untuk tidak gampang memaafkan orang-orang yang cara meminta maafnya saja tidak meyakinkan.
Nah, kuncinya itu. Untuk tidak gampang memaafkan. Sebab tak jarang, orang yang meminta maaf ya sekadar meminta maaf. Tidak melakukannya dengan ikhlas. Menyebalkan sekali toh?
Sudah begitu, ada pula yang tak disertai dengan tanggung jawab materiil. Sementara kesalahannya menimbulkan kerugian materiil yang besar. Dipikirnya permintaan maaf sudah melunaskan segalanya.
Sampai di sini Anda sudah paham 'kan? Mengapa saya berani mengatakan bahwa ternyata, tidak semua hal dan orang harus saya maafkan dengan mudah. Yeay, enak saja. Tak segampang Itu ...
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H