Bagi Anda, judul di atas mungkin terkesan egois. Malah pakai banget alias sangat egois. Sok-sokan sebagai manusia dengan level rakyat jelata.
Allah Sang Pemilik Semesta Raya saja mau menerima permohonan maaf para hamba-Nya, mengapa saya tidak?
Sementara saya hanya manusia biasa. Cuma remukan rengginang gosong di dasar kaleng Kong Guan. Kok berani-beraninya bersikap seegois itu?
Iya, benar. Saya akui itu. Kesannya memang egois. Tepatnya sedikit egoislah, ya. Namun, bukan berarti saya susah memaafkan.
Percayalah. Saya sesungguhnya relatif mudah memberikan maaf. Silakan melakukan kroscek ke teman-teman saya untuk kesahihannya.
Hanya saja, pengalaman mengajarkan bahwa memang ada orang-orang yang perlu diberi pelajaran. Tidak bisa dimaafkan begitu saja, tetapi mesti dimaafkan secara bersyarat.
Mengapa sih, untuk memaafkan saja kok pilih-pilih? Apa alasannya? Bukankah memaafkan itu sikap mulia? Plus dapat mendatangkan kedamaian hakiki? Menyehatkan pula.
Sebab orang yang memaafkan itu, pada dasarnya santuy. Bebas dari rasa dengki dan jengkel. Tidak emosional. Jadinya ringan sekali dia menjalani hidup. Dia pun menjadi sehat lahir dan batin.
Hmm. Bagaimana, ya? Perihal memaafkan memang gampang-gampang susah.
Yang namanya memaafkan itu 'kan didahului sebuah peristiwa tidak mengenakkan. Kalau tak ada peristiwa yang tidak mengenakkan, buat apa juga meminta maaf? Pada umumnya 'kan begitu.
Ada orang yang merugikan kita secara ekonomi. Jadi selain meminta maaf, dia mestinya memberikan ganti untung juga selain meminta maaf.