Saya ingat semuanya. Mungkin kalau ada lupa-lupanya ya cuma lupa sedikit. Akan tetapi, saya tak pernah merasa rindu dengan semuanya. Mengingatnya, iya. Merindukannya, tidak.
Entahlah apa sebabnya. Apa sebab saya tipe orang yang tidak suka terjebak romansa masa lalu? Bisa jadi.
Mohon jangan salah paham. Tidak rindu bukan berarti sama sekali tidak mau mengingat masa lalu. Bukankah di atas telah saya sampaikan bahwa saya masih ingat semuanya?
Saya tetap oke-oke saja untuk berinteraksi dengan orang/hal dari masa lalu. Sama sekali tidak pernah menolak. Tak sedikit pun berusaha menghindari. Kalau pas mudik ada teman mengajak reunian, selagi ada waktunya, why not? Terlebih kalau diantar jemput dan ditraktir. Hehehe ...
Jika ada kerabat yang mengajak keliling kampung, saya antusias juga menyambutnya. Bila ketemu suguhan kue zadoel yang dahulu amat saya gemari, saya bahagia sekali. Otomatis teringat masa lalu. Saya bisa larut tertawa-tawa mengenangnya.
Begitulah adanya dan faktanya. Saya tak rindu, tetapi tak benci. Saya tak rindu, tetapi bisa menikmati bila diajak mengenang masa-masa hidup di kampung halaman. Bagaimanapun saya yang sekarang, terbentuk dari saya yang dahulu-dahulu.
Saya hanya terbiasa realistis. Sesimpel itu alasannya. No baper-baper sebab hal yang baper-baper hanya terkumpul untuk bapak. Iya. Hanya bapak yang paling saya rindukan, jika bicara tentang kampung halaman.
Salam.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H