Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hanya Satu yang Saya Rindukan dari Kampung Halaman

25 April 2023   08:32 Diperbarui: 25 April 2023   08:36 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak di belakang dan di samping Menpen RI Harmoko waktu itu (Dokpri Agustina)

Apa yang paling saya rindukan dari kampung halaman?

Hmm. Apa, ya? Bagaimana kalau saya jawab tidak ada?

Baiklah kalau jawaban "tidak ada" ditolak. Mungkin kedengarannya tidak masuk akal dan memang kurang masuk akal. Masak iya, sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dirindukan di kampung halaman?

Bukankah tiap orang punya masa lalu dan kenangan? Sementara kampung halaman identik dengan masa lalu. Plus kerap dianggap sarat dengan kenangan.

Jadi, mana mungkin saya tak memiliki satu hal pun yang dirindukan?

Hmm. Kalau faktanya semua terasa biasa-biasa saja bagi saya, tidak ada yang bikin rindu, bagaimana? Rindu itu tidak bisa dipaksakan datangnya, lho. Idem ditto dengan tidak mudah diusirnya.

Namun, baiklah. Jika memang pertanyaan tidak boleh dijawab dengan "tidak ada", saya akan menjawabnya begini, "Bapak."

Iya  hanya bapak. Cuma bapak. Selainnya tidak ada.

Hanya bapak yang membuat saya mau mudik. Sebab sesungguhnya, tak ada satu pun yang saya rindukan dari kampung halaman selain beliau. Serius.

Tentu saya masih manusia normal. Punya kenangan-kenangan masa silam di kampung halaman. Punya kawan-kawan masa kecil. Toh sejak orok hingga SMP saya bersekolah di sana. Tinggal di sana.

Saya ingat semuanya. Mungkin kalau ada lupa-lupanya ya cuma lupa sedikit. Akan tetapi, saya tak pernah merasa rindu dengan semuanya. Mengingatnya, iya. Merindukannya, tidak.

Entahlah apa sebabnya. Apa sebab saya tipe orang yang tidak suka terjebak romansa masa lalu? Bisa jadi.

Mohon jangan salah paham. Tidak rindu bukan berarti sama sekali tidak mau mengingat masa lalu. Bukankah di atas telah saya sampaikan bahwa saya masih ingat semuanya?

Saya tetap oke-oke saja untuk berinteraksi dengan orang/hal dari masa lalu. Sama sekali tidak pernah menolak. Tak sedikit pun berusaha menghindari. Kalau pas mudik ada teman mengajak reunian, selagi ada waktunya, why not? Terlebih kalau diantar jemput dan ditraktir. Hehehe ...

Jika ada kerabat yang mengajak keliling kampung, saya antusias juga menyambutnya. Bila ketemu suguhan kue zadoel yang dahulu amat saya gemari, saya bahagia sekali. Otomatis teringat masa lalu. Saya bisa larut tertawa-tawa mengenangnya.

Begitulah adanya dan faktanya. Saya tak rindu, tetapi tak benci. Saya tak rindu, tetapi bisa menikmati bila diajak mengenang masa-masa hidup di kampung halaman. Bagaimanapun saya yang sekarang, terbentuk dari saya yang dahulu-dahulu.

Saya hanya terbiasa realistis. Sesimpel itu alasannya. No baper-baper sebab hal yang baper-baper hanya terkumpul untuk bapak. Iya. Hanya bapak yang paling saya rindukan, jika bicara tentang kampung halaman.

Salam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun