"Tunggu, tunggu. Aku ikutan."
Shaa dan Indah menghentikan langkah. Keduanya serempak menengok ke arah pemilik suara.
"Tunggu, ya. Aku ambil mukena dulu. Sama wudu."
"Cepetan. Ini Tarawih pertama. Pasti masjidnya penuh. Bisa enggak kebagian tempat kita," kata Indah.
"Ya."
Yang diultimatum menjawab singkat seraya berlari kecil ke kamarnya. Tak berapa lama dia sudah kembali. Katanya, "Ayo."
"Lhoh? Kamu enggak wudu sekalian, Nit?" Tanya Shaa.
Enggak. Nanti kalian kelamaan nunggu. Wudu di sana aja. Cari tempat dulu, baru wudu," jawab Nita.
"Kamu, sih. Kalau niat ikutan Tarawilh, mestinya 'kan siap-siap sejak awal. Bukan pas sudah azan baru lari-lari. Hari pertama gini biasanya 'kan cepat penuh. Nah, nah. Dengar itu. Malah sudah iqamat sekarang."
Shaa dan Indah tak menyahuti omelan Indah yang panjang lebar. Mereka telah memasuki halaman masjid.
"Aku mau wudu," kata Nita seraya menggamit Shaa. "Ini. Sekalian nitip tempat, ya."