Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mencari Film Religi yang Sejati

5 April 2023   23:14 Diperbarui: 5 April 2023   23:16 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS


Film religi mestinya tak terjebak pada penyuguhan simbol-simbol agama belaka. Ada hal yang jauh lebih penting untuk disuguhkan kepada penonton.

Apa yang Anda pikirkan kalau mendengar istilah film religi? Apakah seketika teringat pada film "Ayat-ayat Cinta" dan sederet film lain yang diklaim bernapaskan Islam? 

Mohon maaf. Terpaksa saya beri tambahan penjelasan *yang diklaim*. Sebab banyak film yang dilabeli sebagai film religi (dalam hal ini religi Islam), sesungguhnya bukanlah film religi bernapaskan Islam. 

Dengan kata lain, pelabelan hanya didasarkan pada judulnya yang terbaca/terdengar Islami. Hanya karena para tokoh ceritanya berpakaian menutup aurat. Lengkap dengan kerudung yang sempurna menutup dada. Plus semua perkataan mereka dipenuhi dengan atmosfer kalam Ilahi.

Yang juga mengherankan, mengapa  begitu membaca/mendengar istilah film religi, seketika orang-orang mengasosiasikannya dengan film religi bernapaskan Islam? Bukan bernapaskan ajaran agama lain?  

Apa penyebabnya? Mengapa bisa seperti itu? Apa sebab salah kaprah yang kemudian dibiarkan sehingga menjadi kelumrahan? Apa karena mayoritas orang Indonesia beragama Islam?

Entahlah. Namun yang jelas, idealnya film religi tak terjebak pada penyuguhan simbol-simbol agama belaka. 

Misalnya dalam film religi Islami, para tokoh ceritanya tidak serta-merta berkerudung dan berkopiah semua. Tidak pula dikit-dikit harus beristigfar dan bertasbih.

Demikian pula halnya dalam film religi Kristiani. Tidak sebentar-sebentar ada adegan di gereja. Atau, berdoa dengan tatacara Kristiani.

Begitu juga dengan film religi yang bernapaskan agama-agama lainnya lagi. Tidak mesti secara maraton menampilkan simbol-simbol khusus agama-agama itu.

Semua insan perfilman hendaknya memahami bahwa ada hal yang jauh lebih penting untuk disuguhkan kepada penonton. Hal yang esensial sifatnya. Bukan semata-mata yang terkait dengan simbol dan identitas agama tertentu. 

Justru yang terpenting, sebuah film religi mampu mengajak para penonton berkontemplasi setelah menonton.

Film religi Islam bisa membuat penonton beragama Islam makin cinta Islam. Kian taat pada Allah SWT dan rasul-Nya. 

Begitu pula halnya dengan film religi non-Islam. Mestinya juga bisa membuat para pemeluknya kian taat. Menjadi pemeluk teguh, kalau dalam istilah Penyair Chairil Anwar.

Satu hal lagi, film religi idealnya dapat ditonton semua orang dengan nyaman. Sekali lagi, semua orang. Yang berarti berasal dari kalangan mana saja, agama apa saja.

Jika penonton beragama lain, tidak sama dengan nuansa film religi yang ditontonnya, dia tak bakalan tersinggung. Alih-alih tersinggung, yang terjadi kemudian justru tumbuhnya sikap toleransi. 

Hmm. Rasanya masih sulit menjumpai film religi yang seperti itu, ya? Apa boleh buat?

Demikian sedikit catatan saya tentang film religi kita. Tentu, saya masih setia mencari film religi yang sejati. Semoga segera berhasil menemukannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun