Film religi mestinya tak terjebak pada penyuguhan simbol-simbol agama belaka. Ada hal yang jauh lebih penting untuk disuguhkan kepada penonton.
Apa yang Anda pikirkan kalau mendengar istilah film religi? Apakah seketika teringat pada film "Ayat-ayat Cinta" dan sederet film lain yang diklaim bernapaskan Islam?Â
Mohon maaf. Terpaksa saya beri tambahan penjelasan *yang diklaim*. Sebab banyak film yang dilabeli sebagai film religi (dalam hal ini religi Islam), sesungguhnya bukanlah film religi bernapaskan Islam.Â
Dengan kata lain, pelabelan hanya didasarkan pada judulnya yang terbaca/terdengar Islami. Hanya karena para tokoh ceritanya berpakaian menutup aurat. Lengkap dengan kerudung yang sempurna menutup dada. Plus semua perkataan mereka dipenuhi dengan atmosfer kalam Ilahi.
Yang juga mengherankan, mengapa  begitu membaca/mendengar istilah film religi, seketika orang-orang mengasosiasikannya dengan film religi bernapaskan Islam? Bukan bernapaskan ajaran agama lain? Â
Apa penyebabnya? Mengapa bisa seperti itu? Apa sebab salah kaprah yang kemudian dibiarkan sehingga menjadi kelumrahan? Apa karena mayoritas orang Indonesia beragama Islam?
Entahlah. Namun yang jelas, idealnya film religi tak terjebak pada penyuguhan simbol-simbol agama belaka.Â
Misalnya dalam film religi Islami, para tokoh ceritanya tidak serta-merta berkerudung dan berkopiah semua. Tidak pula dikit-dikit harus beristigfar dan bertasbih.
Demikian pula halnya dalam film religi Kristiani. Tidak sebentar-sebentar ada adegan di gereja. Atau, berdoa dengan tatacara Kristiani.
Begitu juga dengan film religi yang bernapaskan agama-agama lainnya lagi. Tidak mesti secara maraton menampilkan simbol-simbol khusus agama-agama itu.
Semua insan perfilman hendaknya memahami bahwa ada hal yang jauh lebih penting untuk disuguhkan kepada penonton. Hal yang esensial sifatnya. Bukan semata-mata yang terkait dengan simbol dan identitas agama tertentu.Â