Hujan mendadak turun jelang Magrib. Seketika saya disergap galau karena lepas Magrib janjian dengan teman-teman untuk berkunjung ke Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2023.
Tatkala azan Magrib berkumandang, bahkan hingga saya pulang dari musala, hujan masih turun. Membuat saya berniat mengajukan pembatalan janjian.
Akan tetapi, rupanya satu teman sudah sampai di lokasi. Baiklah. Berarti takdir kami adalah ke PBTY XVIII malam itu juga. Sesuai dengan waktu yang disepakati sebelumnya.
Bergegas saya memesan ojek daring. Syukurlah bisa mendapatkannya walaupun sedikit lama. Biasalah. Kalau sedang hujan memang begitu.
Namun, hujan rupanya membawa hikmah tersendiri. Jalanan di sekitaran Titik Nol Yogyakarta dan Malioboro tidak padat. Alhasil, perjalanan saya lancar jaya. Kurang dari lima menit.
Sesampai di depan Kantor Gubernur DIY, yakni tempat saya turun, situasi berbalik 180 derajat. Di situ banyak sekali motor yang diparkir. Satu dua mobil juga ada. Di bawah derai hujan, orang-orang tetap hilir mudik.
Saya salah sangka! Semula saya kira bakalan sepi sebab hujan. Ternyata, oh, rupanya. Pengunjung PBTY 2023 tetap banyak.
Alhasil seturun dari boncengan ojek daring, saya berlari-lari kecil menerjang hujan yang tak bisa dibilang tipis. Menuju gapura masuk area PBTY. Tepatnya gapura utara yang sebelah barat. Itulah titik kumpul yang kami sepakati.
"Hai!"
Sapa saya begitu menemukan teman yang telah tiba duluan. Tempatnya berteduh tak cukup nyaman. Terkena tempias air hujan. Saya mengajak pindah tempat, tetapi ternyata tak ada tempat yang aman dari hujan. Akhirnya balik ke tempat semula, yaitu nyempil di sisi kanan gapura PBTY.