Rumah dalam foto itu berbatasan tembok pagar dengan Tamansari Water Castle. Jadi saat memotret di anak tangga teratas, bila melirik sedikit ke kiri (arah utara), saya otomatis melihat bagian dalam destinasi bersejarah itu.
Adapun saya memotret dari atas, dari salah satu bangunan kuno yang juga merupakan bagian dari Tamansari Water Castle. Posisi saya di luarnya karena pintu-pintu belum dibuka. Namun, kalau nekad melompat masuk tentu bisa. Risikonya paling cuma jatuh dan dianggap maling.
Kalau mau lebih blusukan, bahkan kita bisa menemukan makam-makam tua yang lokasinya tak lazim. Misalnya di depan atau di samping rumah, bahkan ada pula yang di dalam rumah. Itu rumah yang ditinggali, lho.
Karena penakut, saya tak berani mengeksplorasi soal makam tersebut. Jangankan mengulik makam. Ketika mulai menaiki tangga batu, sebelum akhirnya tiba di tempat memotret rumah tadi, saya sudah degdegan dan penuh doa.
Bagaimana, ya? Sebelumnya saya 'kan telah mendengar cerita-cerita agak horor terkait lokasi tersebut. Dahulunya sempat bertekad tak akan naik-naik lagi di situ. Eh, malah pagi itu pepotoan segala.
Sejujurnya saya merasa seperti "nantangin" begitu. Alhamdulillah tak terjadi hal aneh-aneh. Atau, mungkin memang sebenarnya tak ada yang aneh-aneh.
KETIGA, ada Kampung Cyber.
Di Kampung Taman ada satu RT yang visioner dan futuristik, yaitu RT 36. Nah! RT 36 itulah yang disebut Kampung Cyber. Dari namanya Anda pasti bisa menduga bahwa kampung ini punya hubungan erat dengan internet. Kenyataannya memang demikian.