Peserta wajib mengenakan baju batik, bersepatu, dan membawa air minum. Tujuannya pastilah supaya penampilan rapi dan tidak dehidrasi. Enggak asyik banget kalau penampilan acak-acakan dan kemudian pingsan akibat dehidrasi.
Â
Faktanya, saat saya dan teman-teman berkeliling Kawasan Sumbu Filosofi itu cuaca sedang panas sekali. Untung Bus Jogja Heritage Track sungguh nyaman. Adem. Jadi, kami bisa duduk manis menyimak penjelasan pemandu sembari sesekali melihat keluar jendela, tanpa resah dan gelisah gara-gara gerah.
Adakah pembatasan usia? Ada. Yang boleh mendaftarkan diri sebagai peserta tur Sumbu Filosofi naik Bus Jogja Heritage Track minimal berusia 15 tahun.
BUKAN BUS WISATA BIASA
Mengapa anak-anak, terkhusus balita, tidak diperbolehkan sebagai peserta? Menurut saya, selain alasan kesehatan terkait pandemi Covid-19, pembatasan usia itu terkait erat dengan tujuan penyelenggaraan tur.
Karena tujuan utamanya sosialisasi perihal Sumbu Filosofi, agar warga paham dan bisa menjawab jika secara random disurvei oleh UNESCO (Agustus lalu utusan UNESCO sudah beneran datang), tentu saja anak-anak bukanlah target dari kegiatan jalan-jalan spesial ini.
Intinya, ini bukan kegiatan piknik an sich. Sebab sesungguhnya, berdasarkan penjelasan Ibu Dian Laksmi Pratiwi (Kepala Dinas Kebudayaan DIY), Bus Jogja Heritage Track dirancang sebagai sarana belajar gratis bagi masyarakat agar mengerti dan paham wilayahnya sendiri, yaitu Yogyakarta dan Sumbu Filosofi.
Dengan demikian, Bus Jogja Heritage Track bukanlah bus wisata biasa. Namun, sayang sekali banyak warganet yang tidak paham. Di akun IG @sumbufilosofi dan @dinaskebudayaandiy banyak saya jumpai komentar begini, "Kok yang dilewati cuma itu? Kok tidak sampai ke sana?"
O la la! 'Kan rutenya memang khusus Kawasan Sumbu Filosofi? Jadi, bukan asal berkeliling ke spot-spot wisata di Yogyakarta. Apalagi spot yang kekinian.
Atau komentar begini, "Di kota X juga ada bus wisata kayak gitu. Itu sama dengan bus wisata di Kota Y. Lebih duluan malah."