Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi dan Penyair Itu Ya Chairil Anwar

3 Agustus 2022   00:20 Diperbarui: 3 Agustus 2022   00:25 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari itu, puisi-puisi Chairil Anwar acap kali menjadi puisi yang wajib dideklamasikan dalam lomba-lomba deklamasi sekecamatan. Walaupun tidak bernyali untuk menjadi peserta, saya adalah penonton setia. Alhasil, ikut hafal tanpa sengaja.

Bayangkan saja kalau yang dibaca puisi yang itu-itu melulu. Sementara pesertanya perwakilan siswa SD sekecamatan. Berasal dari 30 desa dan tiap desa rata-rata punya dua SD (biasanya SDN dan MIN). Adapun tiap sekolah minimal wajib mengirimkan dua wakil (satu putra, satu putri).

Mungkin Anda sekalian menganggap saya terniat sekali berlama-lama nongkrongin orang sekecamatan berdeklamasi. Yang biasanya sejak babak penyisihan hingga final butuh dua atau tiga hari. Dari pagi sampai siang.

Hmm. Bagaimana, ya? Sebenarnya sih selain karena suka puisi, saya betah berlama-lama itu karena lokasi lomba memang cuma di seberang rumah.  Ya sudah. Ketimbang duduk-duduk sendiri di rumah dan bosan, mumpung ada keramaian saya memilih bergabung saja dengan keramaian itu.

Dampaknya pastilah ikutan hafal puisi Chairil Anwar yang dilombakan (dideklamasikan). Yang kemudian seiring waktu berjalan, karena makin sering berjumpa dengan karya-karya Chairil Anwar melalui referensi lain selain buku pelajaran, "hafalan" tersebut lumayan terjaga hingga sekarang.

LAIN DULU LAIN SEKARANG

Sebelum menulis artikel ini, iseng saya bertanya kepada anak, "Kamu tahu Chairil Anwar gak?"

Ia menggeleng-geleng pelan dengan tatapan mata bingung. "Itu siapa? Kayaknya sih pernah dengar namanya. Tapi siapa, ya?"

Semula saya pikir ia ngerjain saya seperti biasa. Eh, ternyata betul-betul tidak tahu. Hadeeeh. Penyair sekaliber Chairil Anwar, lho. Tersadarlah saya bahwa nama Chairil Anwar memang cenderung asing bagi genzy (generasi Z). Eranya berbeda.

Ini berkebalikan dengan generasi zadoel. Para eyang dan orang-orang yang segenerasi dengan saya pada umumnya langsung konek begitu disebut nama Chairil Anwar. Meskipun tidak menggemari sastra terkhusus puisi, mereka rupanya tahu sang pelopor angkatan '45 itu. Bagi mereka, puisi dan penyair itu ya Chairil Anwar.

"Chairil Anwar? O, ya. Yang nulis puisi itu 'kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun