Nongkrong di altara adalah pilihan jitu untuk refreshing hemat. Tak perlu beli tiket masuk. Asalkan tidak tergiur untuk beli jjanan dari kedai-kedai atau penjual asongan yang ada di sekitarnya, pastilah pula tak perlu keluar duit sepeser pun.Â
Alhasil, hati riang dan pikiran beranjak ringan tanpa terbebani ongkos vakansi. Tak pula terbebani rasa sungkan manakala berlama-lama nongkrong di situ. Beda sekali jikalau nongkrong di sebuah kedai makanan/minuman.Â
TIGA ALASAN SUKAÂ
Ada tiga alasan yang membuat saya jatuh cinta kepada altara. Yang menjadikannya ruang publik favorit saya, selain alasan lokasinya yang dekat rumah.Â
Pertama, dekat masjid.Â
Posisi dekat masjid ini sangat kondusif. Kita dapat nongkrong di situ seharian tanpa kesulitan cari tempat untuk salat. Jika memang mau, salat bahkan dapat dilakukan secara tepat waktu secara berjamaah. Begitu terdengar azan, toh tinggal bergegas menuju masjid.Â
Kedua, lokasi mudah dicari.Â
Tak dapat dibantah bahwa lokasi altara mudah dicari. Termasuk oleh kaum wisatawan yang tak hafal lika-liku Yogyakarta sekalipun. Itulah sebabnya saya kerap menjadikannya titik kumpul/titik pertemuan, jika ada teman luar kota datang ke Yogyakarta.Â
Ketiga, bisa menjadi jalan pintas.Â
Terusterang saja, saya gemar memotong jarak tempuh ketika hendak pergi ke wilayah timur altara. Ketimbang kelamaan menyusuri trotoar yang melingkari altara, saya pilih melintas di tengah-tengahnya. Berjalan dari depan Masjid Gedhe Kraton langsung lurus hingga trotoar timur altara. Hemat tenaga.Â
Memang ada beberapa ruang publik lain di Yogyakarta yang tak kalah menarik. Bahkan, jauh lebih menarik daripada altara. Akan tetapi bagi saya, semua tidak ada yang punya lokasi sestrategis altara.Â