Ujarnya, "Dulu pas temanku yang nasrani nikah, aku ikut datang ke gereja. Eh, tahunya enggak dibolehin masuk."
Alhasil tepat pada Hari Lahir Pancasila 2022, keinginan kami terwujud. Dengan perantaraan JWT, kami yang bukan penganut agama Katholik berkesempatan mengenal gereja Katholik, terkhusus Gereja Santo Yusup Bintaran, secara lebih dekat.
Tentu saja kami amat antusias. Akan tetapi, kami pastilah tidak trunyukan. Sebelum memotret/memvideo sesuatu dan berpose, kami pastikan dulu mengenai boleh atau tidaknya. Jangan sampai sebagai tamu, kami berbuat kurang sopan walaupun tak disengaja.
Sorenya, saat berselancar di internet, saya baca-baca berita daring tentang aktivitas Presiden Jokowi di Ende. Seketika saya teringat pada pengalaman mengeksplorasi Gereja Bintaran pada siang harinya. Teringat pula pada amanat yang disampaikan Presiden Jokowi dari Ende nun jauh di sana.
Pada intinya, presiden mengajak seluruh komponen bangsa untuk mengamalkan Pancasila. Menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa. Menjaga keutuhan NKRI dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Ternyata saya dan teman-teman peserta JWT sudah langsung berhadapan dengan perbedaan yang menuntut sikap toleransi. Yang berarti mempraktikkan amanat presiden terkait pengamalan butir-butir Pancasila.
Peserta JWT dan pemandunya majemuk. Terdiri atas berbagai agama, suku bangsa, dan etnis yang ada di Indonesia.Â
Namun, semua baik-baik saja. Tak merasa berbeda, apalagi merasa perlu saling serang. Meskipun rata-rata tak saling kenal sebelumnya, tetap saja santuy saling minta tolong dipotretkan. Hehehe ....
Begitu pula ketika masuk gereja. Semua tahu sama tahu untuk saling menghargai pilihan agama/kepercayaan masing-masing.Â
Tak perlu saling cibir kalau merasa ada hal-hal yang tak sesuai dengan keyakinannya sendiri. Yang tak berkenan ikut masuk gereja pun tak kemudian "dikucilkan".