Tak perlu saya jabarkan lagi perihal kiprah Buya Syafii dalam menjaga keutuhan bangsa kita. Sudah banyak orang yang telah menuliskannya sesuai dengan kepakaran masing-masing.Â
Sementara di sini, saya sekadar menuliskan hal-hal (pengalaman) ringan sebagai orang awam, yang beruntung bisa ikut hadir di prosesi pelepasan jenazah Buya Syafii oleh Presiden RI.
Sebagai orang biasa, tentu saja sudut pandang saya juga biasa-biasa saja. Tidak luar biasa, apalagi spektakuler. Hanya saja, bisalah Anda sekalian memercayai pendapat saya, yaitu mengenai kemajemukan para pelayat yang seolah menjadi cerminan dari pemikiran beliau.
Iya. Yang melayat Buya Syafii bukan hanya orang-orang Islam, terkhusus kalangan Muhammadiyah, melainkan dari pelbagai agama dan kalangan. Salah satunya, yang saya lihat kemarin, berasal dari kalangan bhiksu Buddha.
Saya pun menjadi teringat perkataan Buya Syafii bahwa keutuhan Indonesia adalah sesuatu yang mutlak dan harus diperjuangkan. Tidak taken for granted.
Nah, lho. Ayolah berhenti saling bermusuhan demi persatuan Indonesia yang lebih baik. Sama-sama berjuang mempertahankan keutuhan negeri ini.
Kemudian saya juga teringat pesan Buya Syafii yang satu ini, "Menjadi mayoritas itu jangan punya mental minoritas!"
Hmm ....Â
Ada terlalu banyak lintasan pikiran dan perasaan yang menyergap saya sore itu. Sampai-sampai sesaat sebelum salat Asar dimulai, air mata saya menetes.
Saya menangis untuk dua hal sekaligus.Â