Bagaimanapun saya mesti tahu diri. Saya ini 'kan rakyat jelata. Orang biasa yang hanya bisa menjadi pengagum beliau dari jauh. Saya bukan siapa-siapa yang punya akses untuk kenal Buya Syafii secara personal.
Jadi sore itu, ketika berkesempatan mengikuti prosesi pemberangkatan jenazah beliau ke peristirahatan terakhir, saya bahagia sekaligus terharu.
Kiranya inilah salah satu rencana-Nya, yang sejak beberapa tahun silam "memindahkan" saya ke Kauman (tempat domisili sekarang).Â
Andaikata saat ini tidak tinggal di Kauman, yang tetanggaan RW saja dengan Masjid Gedhe tempat Buya Syafii disemayamkan sementara, kecil kemungkinan saya bisa ikut takziah.
Segalanya berjalan cepat. Dalam hitungan menit, berurutan hal-hal baik menghampiri saya sejak memasuki masjid. Tanpa terduga sama sekali.
Iya. Sore itu Yang Maha Memahami mengabulkan keinginan saya untuk melihat Buya Syafii dari dekat. Bonus utamanya, bisa melihat dan mendengar suara Presiden Jokowi secara langsung.
Bonus tambahannya, saya bisa melihat banyak tokoh Muhammadiyah. Hanya saja, saya rupanya kurang beruntung karena tak melihat rekan sekampus Buya Syafii saat mereka sama-sama kuliah di Amerika dulu.
Maklumlah. Hadirin berjubel dan sekali lagi, saya ini warga biasa yang tentu saja dalam situasi serupa itu amat terbatas geraknya. Kalau nekad ke area VIP bisa didorong-dorong paspampres, dong.
KEMAJEMUKAN PELAYAT & AIR MATA SAYA