Hari-hari ini sedang viral warna baru seragam satpam 2022. Dari yang semula cokelat muda-cokelat tua menjadi krem-cokelat tua. Kata warganet, "Malah mirip polisi India."Â
Warganet alias netizen memang cerewet. Saat seragam satpam baru saja berganti dari putih-biru dongker menjadi cokelat muda-cokelat tua, mereka juga mencerewetinya.Â
Bikin kaget saja, kirain polisi sedang mengadakan razia apa'an.
Tiwas deg-degan karena lupa bawa STNK. Eh, tahunya pak satpam.
Begitulah dua dari sekian banyak cuitan warganet di Twitter, dalam rangka mengomentari seragam satpam yang berwarna cokelat muda-cokelat tua.
Bagaimana halnya dengan saya? Saya juga punya pengalaman makjegagik tersebab seragam satpam yang mirip seragam polisi. Bukan sebab khawatir ditilang, melainkan seketika cemas karena mengira di sekolah anak barusan terjadi peristiwa kriminal.
Ceritanya suatu pagi saya ada urusan ke sekolah anak. Tiba di depan gerbang saya tertegun gara-gara melihat para polisi menggantikan tugas para satpam sekolah.Â
Ada apakah? Apakah ada siswa yang terlibat aksi klitih? Atau, ada penggeledahan narkoba?Â
Konyolnya, saya baru ngeh kalau "para polisi yang menggantikan tugas para satpam" tersebut adalah satpam sungguhan, setelah dua hari berlalu. Tentu saja gara-gara main ke negeri Twitter.
Biasalah. Warganet di situ 'kan senantiasa terdepan dalam mencereweti isu-isu terkini. Cukup dapat diandalkan untuk memperoleh kabar-kabar terkini.
Cerewetnya Buruk, Responsifnya Kurang Tepat Guna
Apakah kecerewetan warganet tersebut buruk? Tergantung pada isu apa yang dicereweti. Namun dalam hal warna baru seragam satpam, saya menilainya kurang baik.Â
Andai kata warganet tidak ramai-ramai curhat tentang pengalaman terkecoh seragam cokelat muda-cokelat tua itu, niscaya warna seragam satpam tak diubah lagi hanya dalam kurun waktu setahun kurang.Â
Apa boleh buat? Nasi telah menjadi bubur. Pihak berwenang, dalam hal ini Kepolisian RI, merespons keluhan warganet dengan cepat. Alhasil, mulai Februari 2022 satpam kembali ganti warna seragam.
Sudah pasti warganet heboh lagi. Kali ini tidak heboh lantaran terkecoh seragam, tetapi cekakak-cekikik mengomentari satpam yang jadi mirip polisi dalam film India.
Semula saya ikutan tertawa tanpa beban. Namun, cuitan seseorang bikin saya terhenyak. Begini curhatannyaÂ
Warna seragamnya jangan dicengin lagi, ya. 'Ntar kalau diganti lagi, kasihan  satpamnya. Mesti nyicil seragam lagi.
O la la! Selama ini saya pikir seragam satpam berasal dari pembagian kantor (dikasih cuma-cuma). Â Tidak beli sendiri-sendiri, apalagi pakai acara nyicil-nyicil.Â
Tawa tanpa beban saya kian tak berbekas saat membaca beberapa cuitan  balasan. Yang masing-masing berbagi cerita tentang tetangga dan kenalannya yang berprofesi sebagai satpam dan mesti menanggung cicilan seragam baru.Â
Sungguh. Saya baru tahu akan hal itu. Keterlaluan enggak sih, jika mengingat pernah punya dua tetangga yang berprofesi sebagai satpam?Â
Dengan sedikit gundah, saya kemudian pindah ke Facebook. Ealaaah. Kok ya yang pertama kali melintas di linimasa adalah status curhatan seorang follower, yang ternyata bersuamikan seorang satpam.Â
Yang lama aja belum lunas dan belum dipakai. Malah sudah diganti lagi seragamnya.Â
Pikir saya, ada apa ini? Enggak di Twitter enggak di Facebook, kenapa semua menyuguhkan cerita tak terduga yang beraroma muram begitu?
Gokil juga kalau dipikir-pikir. Yang berwenang bisa  gercep dan responsif terhadap kasak-kusuk warna seragam satpam, tetapi kerap lambat sinyal untuk menanggapi kecerewetan warganet  terhadap kasus-kasus lain yang lebih serius.Â
Eh? Maaf, maaf. Terlampau blak-blakan sedikit jadinya, padahal cuma hendak bilang kalau responsifnya kurang tepat guna.Â
***
Saya berani memastikan bahwa para anggota satpam tak terganggu dengan  filosofi apa pun terkait warna seragam yang ditetapkan. Demikian pula keluarga masing-masing.Â
Memang banyak di antara mereka yang ngedumel gara-gara warna baru seragam satpam 2022. Akan tetapi, penyebabnya adalah sesuatu yang sangat riil, yaitu "bikin cicilan tak kunjung usai".
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H