Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Maaf, Saat Ini Saya Masih Skeptis Terhadap e-KTP (KTP-el) Digital

15 Januari 2022   19:18 Diperbarui: 15 Januari 2022   19:29 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngomong-ngomong, waktu membuktikan bahwa saya merasa WOW dengan e-KTP hanya pada saat pembuatan. Adapun WOW-nya sebab tak perlu repot-repot cetak pasfoto 3x4 hitam putih untuk dipasang di KTP. Tatkala itu on the spot langsung dijepret pegawai kecamatan.

Pada waktu-waktu selanjutnya ya merasa biasa saja. Bagaimana tak merasa biasa kalau e-KTP yang saya miliki sejak tahun 2010, ternyata diperlakukan sama saja dengan model KTP sebelumnya. 

Sama-sama masih kerap difotokopi untuk mengurus hal-hal penting. Misalnya untuk keperluan pendataan apalah-apalah di kampung, urusan di bank, pendaftaran vaksinasi, mengambil honor di redaksi koran, dan melengkapi berkas pencairan honor di suatu instansi pemerintah. 

Rupanya perbedaan hanya terletak pada bahan yang dipakai untuk membuat KTP, jenis pasfoto, dan masa berlaku. KTP zadoel wajib perpanjangan tiap lima tahun, sementara e-KTP berlaku seumur hidup. 

Nah! Kalau e-KTP saja belum dimaksimalkan fungsinya, mengapa mesti buru-buru memutakhirkannya jadi e-KTP Digital? Think again.

Segala Kendala Telah Diperhitungkan?

Saya hendak menyampaikan satu hal "receh" yang ada benang merahnya dengan persoalan e-KTP Digital. Begini. Kurang lebih seminggu lalu saya dan teman-teman berkunjung ke sebuah museum. Tiket masuknya dicetak dan ada barcode yang mesti di-scan. 

Ketika di pintu masuk museum, kami otomatis mengarahkan barcode ke alat yang tersedia. Eh, ternyata alat tak berfungsi. Entah rusak entah sengaja dimatikan mesinnya. Alhasil, kami masuk begitu saja. Nah, lho. Apa manfaat dan fungsi tiket ber-barcode-nya kalau begitu? 

Dalam ruang lingkup lebih luas, bukankah hal serupa bisa terjadi pada e-KTP Digital yang punya QR code? Ketika butuh memindainya, peranti yang diperlukan malah tak bisa berfungsi. 'Kan gawat sekaligus sia-sia pemutakhiran e-KTP-nya? 

Di situlah poin pentingnya. Kendala serupa itu telah diperhitungkan atau belum? Sudah disiapkan solusinya atau belum?

Belum lagi kalau kita sedang butuh memindai e-KTP Digital, tetapi sinyal lelet tiada tara. Atau, sedang kehabisan kuota data dan tidak ada wi-fi. Bagaimana pula halnya dengan masyarakat yang berdomisili di wilayah-wilayah susah sinyal? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun