O, ya. Gara-gara kerap menyambangi agen JNE dan selalu mengantre lama, saya tersadarkan bahwa kondisi pandemi terbukti menggairahkan aktivitas jual beli daring. Komoditinya amat variatif.Â
Tak terbatas makanan dan minuman sehat yang ngehits semasa pandemi. Banyak pula yang paket kirimannya berisi produk kecantikan dan busana. Bahkan, paket kiriman yang berupa buku tetap ada walaupun sangat kecil persentasenya.Â
Catatan untuk JNEÂ
Hari demi hari gaya hidup era digital mulai lekat dengan masyarakat. Pandemi Covid-19 telah mempercepat proses kelekatan tersebut. Tiap orang dipaksa untuk segera pintar dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam berbagai bidang. Jadi, ini semacam berkah terselubung dari kondisi pandemi.Â
Pengalaman berjualan produk UMKM "Salman" secara daring pun kian menyadarkan saya bahwa selera zaman betul-betul mulai berubah. Khalayak yang dahulu masih takut tertipu jika hendak berbelanja daring, sekarang mulai terbiasa melakukannya. Sudah beradaptasi.
Seiring dengan itu, aktivitas transfer uang pembayaran dan mengirim/menerima paketan menjadi hal yang jamak. Nama JNE dan perusahaan ekspedisi lainnya juga makin akrab di telinga khalayak.Â
Ngomong-ngomong, khusus untuk JNE (berdasarkan pengalaman pribadi) saya punya beberapa catatan.Â
Pertama, JNE perlu lebih massif berbagi fakta (informasi) mengenai kemajemukannya. Hal ini penting agar tak ada lagi ajakan untuk memboikot JNE gara-gara tudingan SARA. Walaupun tudingan itu tak benar, lambat-laun bisa menggerus eksistensi JNE bila dianggap angin lalu.
Kedua, JNE perlu menyadarkan semua karyawannya di level mana pun untuk melayani konsumen sebaik mungkin. Salah satunya, JNE mesti bisa memastikan bahwa para kurirnya serius dan gigih dalam mencari alamat kirim. Toh di alamat tertera nomor telepon/WA penerima. Jangan sampai beralasan alamat tidak diketahui, lalu pihak agen menelepon agar penerima datang ke agen untuk mengambil paketannya.
Ketiga, JNE harus punya terobosan dalam mengamankan keutuhan barang kiriman. Saya pernah menerima paketan cokelat turki yang dikemas dalam toples plastik. Ketika paket dibuka, kok bisa-bisanya toples tersebut terbelah tiga bagian. Untung yang ambyar cuma kemasannya. Cokelat turkinya aman dalam bungkus masing-masing. Bayangkan jika isinya kue kering. Pasti tak bakalan bisa dimakan.
Keempat, JNE bisa melobi pemerintah melalui institusi terkait agar ongkos kirim bisa lebih ditekan jumlahnya.