Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Antara UMKM dan Saya Ada Jembatan yang Bernama JNE

5 Januari 2022   13:34 Diperbarui: 5 Januari 2022   15:08 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

O, ya. Gara-gara kerap menyambangi agen JNE dan selalu mengantre lama, saya tersadarkan bahwa kondisi pandemi terbukti menggairahkan aktivitas jual beli daring. Komoditinya amat variatif. 

Tak terbatas makanan dan minuman sehat yang ngehits semasa pandemi. Banyak pula yang paket kirimannya berisi produk kecantikan dan busana. Bahkan, paket kiriman yang berupa buku tetap ada walaupun sangat kecil persentasenya. 

Catatan untuk JNE 

Hari demi hari gaya hidup era digital mulai lekat dengan masyarakat. Pandemi Covid-19 telah mempercepat proses kelekatan tersebut. Tiap orang dipaksa untuk segera pintar dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam berbagai bidang. Jadi, ini semacam berkah terselubung dari kondisi pandemi. 

Pengalaman berjualan produk UMKM "Salman" secara daring pun kian menyadarkan saya bahwa selera zaman betul-betul mulai berubah. Khalayak yang dahulu masih takut tertipu jika hendak berbelanja daring, sekarang mulai terbiasa melakukannya. Sudah beradaptasi.

Seiring dengan itu, aktivitas transfer uang pembayaran dan mengirim/menerima paketan menjadi hal yang jamak. Nama JNE dan perusahaan ekspedisi lainnya juga makin akrab di telinga khalayak. 

Ngomong-ngomong, khusus untuk JNE (berdasarkan pengalaman pribadi) saya punya beberapa catatan. 

Pertama, JNE perlu lebih massif berbagi fakta (informasi) mengenai kemajemukannya. Hal ini penting agar tak ada lagi ajakan untuk memboikot JNE gara-gara tudingan SARA. Walaupun tudingan itu tak benar, lambat-laun bisa menggerus eksistensi JNE bila dianggap angin lalu.

Kedua, JNE perlu menyadarkan semua karyawannya di level mana pun untuk melayani konsumen sebaik mungkin. Salah satunya, JNE mesti bisa memastikan bahwa para kurirnya serius dan gigih dalam mencari alamat kirim. Toh di alamat tertera nomor telepon/WA penerima. Jangan sampai beralasan alamat tidak diketahui, lalu pihak agen menelepon agar penerima datang ke agen untuk mengambil paketannya.

Ketiga, JNE harus punya terobosan dalam mengamankan keutuhan barang kiriman. Saya pernah menerima paketan cokelat turki yang dikemas dalam toples plastik. Ketika paket dibuka, kok bisa-bisanya toples tersebut terbelah tiga bagian. Untung yang ambyar cuma kemasannya. Cokelat turkinya aman dalam bungkus masing-masing. Bayangkan jika isinya kue kering. Pasti tak bakalan bisa dimakan.

Keempat, JNE bisa melobi pemerintah melalui institusi terkait agar ongkos kirim bisa lebih ditekan jumlahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun