Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Dari Trevithick, Stephenson, Poolman, van de Beele, hingga Jonan

3 September 2021   16:48 Diperbarui: 3 September 2021   16:52 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saat rangkaian gerbong kereta api yang akan kami naiki mendekat, saya sempat membatin, "Syukurlah penumpangnya tak berjubelan kacau balau walaupun banyak. Berarti enggak perlu rebutan tempat duduk. Tumben. Rezeki si bocah."

Sejak dari rumah saya memang berulang kali mengingatkan anak supaya sigap berebut masuk ke gerbong. Demikian pula untuk cari kursinya.  Hahaha! Acuan saya masih situasi perkeretaapian Indonesia zaman baheula. Maklumlah. Telah lebih dari satu dekade tak pernah nyepur.

Alhasil, ketika sudah di dalam gerbong dan duduk nyaman sesuai tiket yang kami pegang, saat anak berceloteh mengenai kesannya naik kereta api, saya baru ngeh dengan perubahan-perubahan positif di dunia perkeretaapian Indonesia.

Karena punya kesan pertama yang baik, anak saya pun jadi gemar naik kereta api. Tiap kali ke Solo kami akhirnya back to train. Sayang sekali hobi nyepur itu mesti terhenti gara-gara pandemi. Apa boleh buat? Sejak Maret 2020 sampai sekarang kami belum pernah bepergian keluar kota, baik dengan kereta api maupun moda transportasi yang lain.    

Sebagai pelengkap, silakan baca juga tulisan saya tentang pengalaman mencicipi kereta api Solo Ekspres yang sekarang pun tinggal kenangan.

Ignasius Jonan 

Orang Indonesia yang kerap mempergunakan moda transportasi kereta api pastilah tak asing dengan nama Ignasius Jonan. Sebab atas jasanya, wajah acakadut dunia perkeretaapian Indonesia berubah menjadi rapi jali dan tertib.

Siapakah dia? Ignasius Jonan adalah Direktur Utama P. T. Kereta Api Indonesia (KAI) pada periode 2009-2014. Dialah yang sukses mengangkat harkat dan martabat kereta api Indonesia. Yang sebenarnya pernah hampir menyerah, saat tiga bulan pertama bertugas, sebab terlalu banyaknya warisan masalah yang diterima. Untunglah semangat dan rasa percaya dirinya untuk mengurai masalah-masalah tersebut bisa balik lagi, setelah Menteri Sofyan Djalil memotivasi dan mendukungnya penuh.

Dalam buku Jonan dan Evolusi Kereta Api (Hadi M. Djuraid, 2013), Menteri BUMN setelah Sofyan Djalil, yaitu Dahlan Iskan, kurang lebih menulis sebagai berikut.

Hari menjelang lebaran tahun 2012. Itulah hari yang akan dikenang bangsa Indonesia sebagai hari berakhirnya sejarah keruwetan mudik lebaran di stasiun kereta api. Itulah hari yang membuktikan hasil nyata kerja keras direksi BUMN P. T. Kereta Api Indonesia yang dikomandoi Direktur Utama Ignasius Jonan.

Tahun 2012! Sementara saya kembali naik kereta api pada tahun 2016. Pantas saja tidak merasakan evolusinya, tetapi menganggapnya "revolusi" (sebab saya merasa tahu-tahu kok berubah drastis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun