Memang sih, ya. Jangan menilai orang dari penampilan luar belaka. Syukurlah kru bus kota sudah hafal dengan komplotan tersebut. Meskipun agak lama menemukan anggota terakhir yang dicokok, akhirnya mereka sukses mengenali dan memberitahu polisi yang bertugas menangkapnya.
Sungguh. Pagi itu menjadi salah satu pagi yang luar biasa bagi saya. Mulanya saya memang sangat kesal karena pada saat tumben-tumbenan bersemangat berangkat kuliah pagi, eh, malah dipaksa keadaan untuk bolos.
Namun, kemudian saya menyadari satu hal. Saya memang bolos kuliah akademik. Tampaknya merugi, padahal sesungguhnya justru beruntung. Bukankah sebagai gantinya, saya mendapatkan kursus singkat terpadu mengenai copet dan lika-liku dunia percopetan?
Sebelum peristiwa tersebut saya sebetulnya telah kerap berurusan dengan para copet. Jadi korban sekali, selebihnya jadi saksi yang sama jahatnya dengan mereka. Bagaimana enggak jahat kalau saya sekadar menyaksikan? Tidak berani berteriak demi menghentikan proses pencopetan.
Terusterang saya takut bila berteriak. Desas-desusnya, orang yang berusaha menghalangi kerja para copet bakalan diancam dan dilukai. Termasuk kru bus kota.Â
Kalau begitu, mengapa pagi itu sopir beserta kondektur bus kota yang saya tumpangi nekad melapor ke kantor polisi? Saya tidak tahu pasti alasan mereka. Akan tetapi saya meyakini, rasa iba mereka yang kuat terhadap si korbanlah yang menjadi alasan terbesar.Â
6 Ciri-ciri Copet
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya selama bersinggungan dengan para copet, inilah ciri-ciri umum mereka.
BERTOPI (1)
Waspadalah bila menjumpai pria/wanita bertopi di transportasi umum. Terlebih yang cara mengenakannya nyaris menutupi muka. Normalnya, orang akan terganggu jika muka/mata tertutup. Lain halnya dengan orang yang memang punya niat bersembunyi 'kan?Â
BERJAKET RAPAT (2)