Seperti yang saya kemukakan di atas, saya membaca Totto Chan Gadis Cilik di Jendela ketika sudah kuliah. Membacanya pun semula iseng saja. Namanya juga masuk perpustakaan dalam rangka bolos kuliah. Yang berarti untuk leyeh-leyeh baca-baca apa saja yang tak terkait teori sastra ataupun ilmu linguistik apalah-apalah.
Maka yang saya dekati rak-rak fiksi. Ambil satu buku, terasa enggak seru, letakkan. Ambil lagi, baca sedikit, tak seru juga, letakkan lagi. Demikian seterusnya hingga ketemu buku kesayangan sepanjang masa ini.
Sesungguhnya waktu pertama kali memegang dan mengamati sampul depannya saya bertanya-tanya, "Ini buku apa, sih? Penulisnya siapa? Gambar sampul depannya ilustrasi abstrak, tapi seperti buku anak-anak? Kok ada di perpustakaan sastra, ya?"
Saya tak tahu kalau buku yang sedang saya amati dengan kepo itu buku tenar (saya baru tahu ketenarannya justru beberapa tahun kemudian). Untung saja ketika mencoba membaca beberapa halamannya saya tertarik. Hingga akhirnya memutuskan untuk membacanya secara tuntas.
Terbukti bahwa pilihan saya tak salah. Akhirnya sampai sekarang saya jatuh cinta berat pada buku karya Tetsuko Kuroyanagi itu.
Nah, lho. Betapa saat itu saya kurang up date. Sementara pengelola perpustakaan kurang cermat. Buku tersebut bukan fiksi. Mengapa diletakkan di rak fiksi?
Eeeh? Tunggu, tunggu. Andai kata pengelola perpustakaan cermat, kemungkinan malah saya tak menemukannya. Bukankah pada hari itu saya justru menjelajahi rak-rak fiksi? Oalaah. Memang ya, kalau sudah jodoh tak akan ke mana.
Alhasil pada hari itu, sejak pagi hingga siang, saya tenggelam dalam dunia Totto Chan. Tak tanggung-tanggung, saya bahkan mengimajinasikan diri sebagai bocah lincah itu. Saya iri kepadanya! Wah, wah, wah. Ketahuan deh kalau masa kecil saya agak ngenes. Ckckck!
Sinopsis dan Kebaperan SayaÂ
Hingga suatu hari ia dikeluarkan dari sekolah. Beruntunglah Tetsuko Kuroyanagi (Totto Chan) memiliki orang tua yang bijak. Mereka tak mengatakan kalau ia dikeluarkan dari sekolah agar tak timbul perasaan negatif di hatinya.