Alhamdulillah. Ramadan Pandemi Sesi 2 telah berakhir. Sebagai gantinya, Idulfitri 1442 H yang bertepatan dengan 13 Mei 2021 pun tiba.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar kabira Â
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar kabiraÂ
Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar
Allahu akbar walillaahilhamdu
....
....
Terlepas dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan ibadah yang kita lakukan selama Ramadan, jatah waktu bulan mulia itu sudah habis. Semoga tahun depan Dia Yang Maha Pemberi masih berkenan memberikan kesempatan kepada kita, untuk kembali berjumpa dengan Ramadan.
Hari Kemenangan Telah Tiba
Ramadan habis, Lebaran pun eksis. Alhamdulillah. Hari kemenangan telah tiba. Terlepas dari segala kemalasan kita selama menapaki hari-hari istimewa tersebut, kita tetap boleh ikut merayakan Lebaran.
Seberapa pun persentase kemenangan kita dalam berperang melawan hawa nafsu, faktanya Lebaran 2021 sudah menjelma nyata. Tepat di depan mata. Ya sudah. Mari merayakan hari kemenangan. Â
Mestinya, idealnya, kita senantiasa bersemangat untuk menunaikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain, selama Ramadan lalu. Akan tetapi sebagai manusia biasa, adakalanya semangat itu bergelombang naik turun dan turun dan turun dan turun .... Susah sekali untuk kembali dinaikkan. Begitu kembali bersemangat, tahu-tahu Ramadan telah usai.
Secara teoretis, idealnya menurut Alquran, pada hari kemenangan kita sukses shiyam (puasa lahir) dan shaum (puasa batin). Namun, tak jadi soal jika kondisi ideal tersebut belum tercapai.
Tak perlu minder kalau kita baru sanggup mencapai shiyam, sementara shaum-nya masih embuh-embuhan. Toh sesungguhnya dari tahun ke tahun, kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai shiyam dan shaum tersebut.
Insyallah kita tetap layak disebut pemenang dan merayakan hari kemenangan pada 1 Syawal. Tentu tanpa disertai dengan rasa jumawa, ya. Justru sebaliknya, dengan kerendahhatian dan penyesalan penuh sebab belum bisa melewati Ramadan dengan sempurna.
Iya. Setelah Ramadan pergi, datanglah Lebaran yang merupakan hari kemenangan. Kemenangan bagi siapa saja. Â
Balada Opor Ayam yang HilangÂ
Musibah, baik ringan maupun kecil, bisa datang kapan saja. Tak terduga. Dalam bentuk apa saja. Kerap kali musibah datang bersama anugerah. Bahkan tak jarang, dalam musibah itulah anugerah tersembunyi dan hanya akan ketemu ketika kita merespons dengan ikhlas.
Tanpa keikhlasan, niscaya kita bakalan marah-marah tak berkesudahan. Minimal bakalan merasa kesal tiada tara. Ujung-ujungnya kelelahan sendiri. Kalau tak mujur malah sekalian sakit-sakitan. Nauzubillahi mindzalik.
Lalu, apa hubungan antara hari kemenangan, opor ayam yang hilang, dan musibah?
Hmm. Sebenarnya saya cuma hendak bercerita bahwa kemarin sore, jelang malam takbiran, beberapa saat saja sebelum hari kemenangan tiba, saya diuji oleh-Nya dengan sebuah musibah ringan yang berupa hilangnya opor ayam orderan saya.
Perencanaan sudah bagus. Order lontong dan opor ayam, khusus daging bagian dada dan sayap. Apa daya saya dan sang penjual, ketika salah satu pengorder katutan (tanpa sengaja membawa serta) opor ayam orderan saya.
Maklumlah. Para pengorder tatkala itu main ambil sendiri. Tidak sabaran menunggu dilayani penjual. Terlebih mereka merasa dimudahkan sebab pada tiap paketan opor dan lontong tercantum nama si pengorder. Nah! Sudah diberi nama segala, lho. Kok bisa katut?
Kiranya inilah yang disebut ujian pada hari kemenangan. Yeah? Bolehlah disebut musibah konyol di penghujung Ramadan.Â
Sebagai pemenang yang berhasil berpuasa sebulan penuh (meskipun mungkin baru dalam tataran puasa lahir belaka), saya berusaha tidak kesal. Duh, Gusti Allah kadangkala memang sebercanda itu kalau memberikan ujian.Â
.... Â Â
Setelah ditunggu-tunggu hingga Magrib tak ada orang yang mengembalikan kelebihan opor ayam yang dibawanya, setelah berkali-kali meminta maaf kepada saya, si penjual kemudian hendak mengembalikan uang saya.
Namun, saya tolak. Mengapa? Karena pada detik itu yang saya butuhkan lauk. Untuk menemani si lontong. Maka saya minta diganti lauk apa pun yang dijualnya. Apesnya lagi, Â lauk jualannya nyaris tak tersisa. Yang tersisa pun kurang nyambung sebagai teman makan lontong.Â
Alhasil, saya mesti meminta maaf kepada anak sebab dengan amat terpaksa menu Lebaran kami pada tahun ini lumayan ajaib: lontong dan sop bola-bola ayam! Â
Teruslah ikhlas dan bersemangat, wahai diriku. Opor hilang bisa diganti sop bola-bola ayam. Yang terpenting api motivasi dalam hati tak ikut-ikutan hilang.
Selamat Idulfitri 1442 H, tanpa ataupun dengan opor ayam.
Salam kemenangan atas hawa nafsu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H