Selama kuliah dan kerja kantoran sebenarnya pun telah menulis. Namun, tidak aktif dan tidak bertujuan cari duit. Sekadar mengekspresikan segala rasa yang melintas di jiwa.
Nah! Saat tidak berstatus sebagai karyawan, lain ceritanya. Ternyata, oh, rupanya. Menulis di sela-sela rutinitas rumah tangga menyelamatkan saya dari kejenuhan. Sekaligus memelihara jiwa tetap waras. Kemudian ketika kembali pede kirim-kirim ke media massa, malah dapat menjadi bagian dari solusi finansial. Hmm. Dapetin cuan dari hobi sungguh sesuatu sekali rasanya.
Kian Ekspresif dan Makin Menikmati
Tahun demi tahun berjalan dan saya masih setia dengan hobi membaca dan menulis. Bila banyak perempuan tak lagi meneruskan hobi baca buku setelah menikah dan punya anak, saya masih sanggup konsisten membaca buku (Ini di luar kewajiban membaca job naskah dengan tujuan editing).
Terlebih kemudian saya gabung dengan IIDN (Ibu Ibu Doyan Nulis) dan berkesempatan kenal dengan seorang pemilik penerbitan yang sedang mencari naskah.Â
Pucuk dicinta ulam tiba, meskipun dengan nama pena, saya berhasil juga punya beberapa buku dalam genre popular. Ada yang berupa antologi pemenang lomba menulis juga.
Demikianlah adanya. Kiranya saya termasuk perempuan Indonesia yang menjadikan hobi sebagai sumber pendapatan dan sumber kebahagiaan.Â
Pastinya saya amat berterima kasih kepada bapak yang telah memberikan semacam pondasi sehingga saya bisa tiba di titik ini. Â
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H