Masing-masing merasa lebih berhak atas benda yang diperebutkan sebab mengambilnya bersamaan. Agak susah untuk membuat mereka mau saling berbagi. Huft! Sungguh luar biasa semangat Ngalap Berkah tersebut. Kalau saja saya tak terjebak di lautan massa Ngalap Berkah lovers, pastilah saya tak bakalan merasakan sensasi ini.
Memang sih, beberapa orang mengaku akan menyimpan saja tak semua perolehan ngrayah-nya. Sebagai kenang-kenangan dari Sekaten Taun Dal. Tidak menyimpannya sebagai sesuatu yang sakral alias jadi semacam ajimat. Tapi apakah kenyataannya begitu atau tidak, saya tentu tak tahu.
Yang saya tahu, perjuangan mereka untuk bisa membawa pulang cuilan gunungan sungguhlah berat. Sejak awal sudah rela pagi-pagi keluar rumah. Bahkan pada malam sebelumnya, ada yang bela-belaintidur di sekitaran pelataran Masjid Gede. Demi mendapatkan tempat terbaik untuk start ngrayah gunungan. Sudah begitu, pas rayahan berlangsung pun masih harus bertengkar sengit dengan sesama peserta Ngalap Berkah. Demi cuilan gunungan! Â
F
Semua fakta tersebut jelas membuat saya terhenyak. Selama ini saya 'kan meyakini bahwa mereka yang berebut gunungan hanyalah orang-orang Jawa. Terkhusus rakyat Jogja dan Solo. Terkhusus lagi yang sudah berusia senja. Eh, ternyata keyakinan tersebut salah.
Sekali lagi, beruntunglah saya telah berkesempatan mencicipi spirit Ngalap Berkah pada Grebeg Mulud Taun Dal ini. Ikut langsung menyesap atmosfer rayahan yang gegap gempita. Meskipun tetap tak paham mengapa mereka seantusias itu untuk memperoleh cuilan gunungan, saya tak hendak menghakimi.
Apa pun itu, saya tidak ingin menilai mereka gimana-gimana. Biarlah Sang Pemberi Hidup saja yang menilainya. Sama toh sama saja dengan mereka. Sama-sama makhluk-Nya SWT. Namun, ada satu hal yang saya temukan dan layak menjadi catatan penting. Yakni fakta bahwa spirit Ngalap Berkah masih tetap terjaga hingga kini. Yeah .... Setidaknya keraton (dalam hal ini Keraton Jogja) masih menjadi pusaran hidup masyarakat di sekitarnya.
Salam,
Tinbe JogjaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H