Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terjebak dalam "Ngalap Berkah", Grebeg Mulud Taun Dal

3 Desember 2017   23:46 Diperbarui: 4 Desember 2017   00:42 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belum tentu 8 tahun lagi bisa hadir di sini

Masing-masing merasa lebih berhak atas benda yang diperebutkan sebab mengambilnya bersamaan. Agak susah untuk membuat mereka mau saling berbagi. Huft! Sungguh luar biasa semangat Ngalap Berkah tersebut. Kalau saja saya tak terjebak di lautan massa Ngalap Berkah lovers, pastilah saya tak bakalan merasakan sensasi ini.

Memang sih, beberapa orang mengaku akan menyimpan saja tak semua perolehan ngrayah-nya. Sebagai kenang-kenangan dari Sekaten Taun Dal. Tidak menyimpannya sebagai sesuatu yang sakral alias jadi semacam ajimat. Tapi apakah kenyataannya begitu atau tidak, saya tentu tak tahu.

Yang saya tahu, perjuangan mereka untuk bisa membawa pulang cuilan gunungan sungguhlah berat. Sejak awal sudah rela pagi-pagi keluar rumah. Bahkan pada malam sebelumnya, ada yang bela-belaintidur di sekitaran pelataran Masjid Gede. Demi mendapatkan tempat terbaik untuk start ngrayah gunungan. Sudah begitu, pas rayahan berlangsung pun masih harus bertengkar sengit dengan sesama peserta Ngalap Berkah. Demi cuilan gunungan!  

F

Demi seutas tali rafia
Demi seutas tali rafia
Memunguti cuilan yang terserak pun jadilah
Memunguti cuilan yang terserak pun jadilah
Yang menakjubkan, para Ngalap Berkah lovers itu ternyata tak melulu dari kalangan generasi tua. Amat banyak yang muda-muda, lho. Yang termasuk kids zaman now (komplet dengan dandanan ala zaman now) juga ada. Baik laki-laki maupun perempuan. Yang menarik, ada pula orang non-Jawa yang bela-belain ikut ngrayah.Wow banget 'kan?

Semua fakta tersebut jelas membuat saya terhenyak. Selama ini saya 'kan meyakini bahwa mereka yang berebut gunungan hanyalah orang-orang Jawa. Terkhusus rakyat Jogja dan Solo. Terkhusus lagi yang sudah berusia senja. Eh, ternyata keyakinan tersebut salah.

Si Mbak berbaju merah itu diburu sebab perolehannya banyak
Si Mbak berbaju merah itu diburu sebab perolehannya banyak
Mencicipi Tanpa Menghakimi  

Sekali lagi, beruntunglah saya telah berkesempatan mencicipi spirit Ngalap Berkah pada Grebeg Mulud Taun Dal ini. Ikut langsung menyesap atmosfer rayahan yang gegap gempita. Meskipun tetap tak paham mengapa mereka seantusias itu untuk memperoleh cuilan gunungan, saya tak hendak menghakimi.

Apa pun itu, saya tidak ingin menilai mereka gimana-gimana. Biarlah Sang Pemberi Hidup saja yang menilainya. Sama toh sama saja dengan mereka. Sama-sama makhluk-Nya SWT. Namun, ada satu hal yang saya temukan dan layak menjadi catatan penting. Yakni fakta bahwa spirit Ngalap Berkah masih tetap terjaga hingga kini. Yeah .... Setidaknya keraton (dalam hal ini Keraton Jogja) masih menjadi pusaran hidup masyarakat di sekitarnya.

Salam,

Tinbe Jogja 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun