Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terjebak dalam "Ngalap Berkah", Grebeg Mulud Taun Dal

3 Desember 2017   23:46 Diperbarui: 4 Desember 2017   00:42 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Mbak berbaju merah itu diburu sebab perolehannya banyak

"GILAAA!"

Teriak saya sembari tertawa-tawa plus repot menjagai tangan agar tak getar memegang HP. Duh, betapa tidak kondusifnya posisi saya untuk memotret. Terjebak di tengah lautan massa yang agresif sehingga mudah untuk tersenggol kanan-kiri-depan-belakang.

Tapi tentu saja, teriakan saya tak terdengar. Lenyap tertimbun oleh keriuhan massa yang sedang rebutan gunungan. Yup! Tatkala itu, tepatnya Jumat lalu (1 Desember 2017), saya memang berada di tengah-tengah massa yang hendak Ngalap Berkah. Yakni Ngalap Berkah dari gunungan yang dikeluarkan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Adapun gunungan tersebut dikeluarkan dalam rangka Grebeg Mulud Sekaten Taun Dal 1951. 

Akhirnya .... Gunungan pun lenyap dalam sekejap
Akhirnya .... Gunungan pun lenyap dalam sekejap
 Saya paham. Rebutan (rayahan) gunungan memang selalu riuh rendah. Saya sudah kerap menyaksikannya di layar TV. Tapi berada di tengah-tengah keriuhrendahantersebut merupakan hal baru bagi saya. Iya. Baru pada Sekaten tahun inilah, saya berkesempatan ikut langsung menyesap atmosfer  Ngalap Berkah. Wah! Ternyata jauh lebih seru daripada yang saya bayangkan sebelumnya.

Berkali-kali petugas keamanan menghalau massa yang sudah tak sabar untuk ngrayah. Padahal semua gunungan, kecuali Gunungan Bromo yang dibawa kembali ke keraton, hanya boleh diperebutkan setelah semua prajurit meninggalkan lokasi (pelataran Masjid Gede).

Karena Sekaten Taun Dal

Kiranya beruntunglah saya. Tak tanggung-tanggung. Pertama kali menonton Grebeg Mulud secara langsung, tepat saat pelaksanaan Sekaten Taun Dal. Tak heran jikalau kemeriahannya maksimal. Jauh lebih maksimal daripada Grebeg Mulud pada Sekaten bukan Tahun Dal.

Maklumlah. Sekaten Taun Dal 'kan hanya ada sewindu sekali. Tiap 8 tahun sekali. Maka wajar banget jika diistimewakan. Ada prosesi-prosesi khusus yang diselenggarakan. Jumlah gunungan yang dibuat untuk Grebeg Mulud pun lebih banyak daripada biasanya.

Mungkin itulah sebabnya antusiasme para Ngalap Berkah lovers pun kian berlipat ganda. Mumpung sedang Tahun Dal. Kalau menunggu Tahun Dal berikutnya terlalu lama. Butuh 8 tahun penantian. Lagi pula, belum tentu di kemudian hari masih ada umur. Atau, sudah ada umur tapi tak kuat lagi ke Grebeg Mulud sebab uzur.

Belum tentu 8 tahun lagi bisa hadir di sini
Belum tentu 8 tahun lagi bisa hadir di sini
Pasukan ibu-ibu dari Magelang siap ngrayah gunungan
Pasukan ibu-ibu dari Magelang siap ngrayah gunungan
Berkelahi Demi Cuilan Gunungan

Sejujurnya saya kurang mampu memahami, mengapa mereka sangat antusias untuk ngrayah. Bahkan demi sebilah bambu, yang berasal dari gunungan, dua pria kekar saling bersitegang dan adu mulut. Nyaris berkelahi. Begitu pula dua kakek yang bertengkar demi seutas tali rafia bekas pengikat gunungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun