Fakta membuktikan, saat ini sebenarnya sudah banyak kalangan yang berupaya memproduksi bahan bakar yang ramah lingkungan (plus peranti untuk memasaknya). Yang berasal dari sumber energi baru dan terbarukan. Tapi sayang sekali, belum bisa semassal dan sepraktis peranti yang bahan bakarnya berasal dari fosil. Itulah sebabnya kalimat "Ribet, ah" tadi sungguh beralasan untuk disampaikan. Yeah! Apa boleh buat?
 Sekali lagi, sebelum mengajak masyarakat untuk optimal memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, yang sangat perlu digaungkan adalah sosialisasi dan edukasi mengenai hal tersebut. Khalayak mesti disadarkan bahwa di sekitar mereka banyak sumber energi ramah lingkungan yang melimpah. Yang eman-eman bila tak dimanfaatkan. Sementara bila dimaksimalkan pemanfaatannya untuk kepentingan masyarakat bisa memperkokoh ketahanan energi nasional.
Selaku aktivis ibu-ibu kampung, saya melihat bahwa peluang sosialisasi dan edukasi terbuka lebar dalam pertemuan PKK, dasawisma, dan pengajian. Bila kontinu dilakukan, lambat laun banyak ibu yang akan tercerahkan. Dan, mereka bakalan siap untuk move on dari sumber energi fosil untuk memasak.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI