SABTU itu setengah bergegas saya meninggalkan rumah. Sudah nyaris pukul empat sore. Dan, saya punya ikatan janji untuk hadir di suatu tempat yang berlokasi di pojokan altar. Iya, altar. Itu lho, nama beken alun-alun utara alias alun-alun lor.
Widih! Janji apa? Janji suci untuk makan bersama, dong. Lesehan sembari menanti hadirnya senja dan memandangi suasana Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat di kejauhan sana. Eh? Sebentar, sebentar. Makan lesehan di altar pada pukul empat sore? Bukankah pada umumnya warung lesehan baru buka tatkala malam menjelang? Saat keindahan senja sudah mulai memudar?
Iya, sih. Itu 'kan warung lesehan pada umumnya. Sementara yang hendak kudatangi adalah sebuah warung yang spesial. Sebenarnya tidak khusus lesehan, tapi menyediakan ruangan lapang untuk lesehan. Maka andaikata kita enggan bin bosan untuk berlesehan ria (sebab di rumah memang tak punya meja dan kursi makan), kita bisa memilih ruangan yang bermeja kursi.
Hmm. Jadi penasaran 'kan saya hendak kencan makan di mana? Tak usah melit begitu, deh. Saya tak hendak berahasia, kok. Warung makan tujuan saya itu berlokasi tepat di sebelah barat Museum Sonobudoyo. Di sebelah utara alun-alun utara. Supaya makin jelas dan Anda tidak kesasar di hati saya, sebelum beranjak pergi ke sana silakan cermati dulu penampakan warungnya.
Wow! Bebakaran? Ada apa saja di situ? Semua menu yang tersedia dimasak dengan cara dibakar, ya? Yoi. Mayoritas dibakar. Sesuai dengan tagline yang diusungnya: BAKAR ABISS. Akan tetapi, bagi yang tak suka hidangan serba bakar tak perlu baper. Karena BeBakaran itu berkomitmen menjadi sohib bagi semua kalangan, yang hobi hidangan serba goreng juga dilayani. Tinggal bisik-bisik manja tapi sopan pada mbak dan mas petugas, insya Allah menu impian Anda akan segera terhidang.
O, ya. Sesuai dengan logonya, menu andalan warung yang berlokasi strategis ini adalah "4 Pilihan Rasa Enak". Terdiri atas apa saja itu? Pertama, iwak lele bebakaran kecap. Kedua, iwak kembung bebakaran pedas. Ketiga, iwak nila bebakaran spesial. Keempat, iwak gurameh bebakaran madu.
Lho? Tidak doyan ikan kok dipakasa makan di BeBakaran? Ih, siapa yang memaksa? Enggak dipaksa pun pasti akan jatuh cinta dengan sukarela. Mana bisa tidak jatuh cinta untuk nongkrong di warung ini, kalau yang terhampar di depan mata adalah romantisme keraton plus alun-alunnya?
Lalu, bagaimana halnya dengan nasib mereka yang ingin nongkrong di BeBakaran tapi tak doyan ikan itu? Ih, nasib mereka amat baik. Jangan lupakan komitmen BeBakaran untuk merangkul semua kalangan, dong. Bagi yang tak doyan ikan bisa memesan tempe dan tahu bakar.
Kok cuma tahu dan tempe? Tenang dulu. Selain tempe dan tahu 'kan ada ayam, ayam kampung, dan bebek. Nah, lho! Kurang komplet apa? Andaikata kencan dengan sang kekasih hati di situ, sedangkan selera lauk Anda saling bertentangan, tak jadi soal toh? Percayalah. Saya tak sekadar menghibur. Foto daftar menu ini buktinya. Sttt. Cermati pula harga-harganya. Sangat terjangkau untuk semua kalangan 'kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H