Tempo hari, dalam rangka memeriahkan Hari Kartini,orang sekampung bermusyawarah untuk mengadakan karnaval. Kostumnya bebas. Yang penting menyerempet tradisi jogja. Semangat yang saya tangkap, mereka sungguh-sungguh ingin Jogja selalu istimewa. Entah bagaimanapun makna keistimewaan itu menurut mereka.
Yang mengharukan, pasukan Bregodo dari kampungsebelah dengan sukarela ikut berpartisipasi. Padahal biasanya, pasukan Bregodo tersebut terlibat dalam karnaval-karnaval resmi. Mereka diundang oleh panitia festival kebudayaandan semacamnya. Maka keterlibatan mereka itu terasa istimewa. Saya pribadi--lagi-lagi--menilainyasebagai semangat untuk menjaga keistimewaan Jogja.
Ah, sudahlah. Rasanya tak bakalan ada habisnya kalau memperbincangkan Jogja. Jogja memang istimewa dan “istimewa”. Terlepas dari segala perubahannya yang bikin saya bahagia ataupun terluka, Jogja tetaplah menjadi kenangan teristimewa dalam hidup saya. Saya toh pernah jatuhcinta sekaligus patah hati di kota ini. Alhasil bagi saya, Jogja memang candu yang kontradiktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H