Allah melanjutkan firman-Nya kepada para rasul, "Dan sungguh, agama tauhid yaitu Islam, inilah agama kamu, agama yang satu; dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku dengan melaksanakan perintah-Ku dan menjauhi larangan-Ku.
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa agama para rasul, yaitu agama tauhid yang hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa tanpa pendampingnya. Tidak ada rasul yang menyimpang dari prinsip ini. Jika dalam suatu agama terdapat penyimpangan sekecil apapun dari prinsip ini, maka agama tersebut bukanlah agama yang dibawa oleh para rasul, artinya agama tersebut telah diubah oleh pengikutnya dan tidak asli lagi. Tidak mungkin Allah SWT memilih dan mengangkat seorang Rasul dengan membawa kebenaran dan agama yang murni yang bertentangan dengan keesaan-Nya. Meskipun hukum dan peraturan Islam yang dibawa oleh para nabi dan rasul berbeda-beda menurut kapan dan di mana mereka diutus, tidak ada perbedaan sedikit pun di antara mereka atas dasar tauhid.
Oleh sebab itu Allah SWT menegaskan lagi dalam ayat ini bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam, hendaknya semua manusia menyembah dan bertakwa hanya kepada-Nya dan sekali-kali jangan menyekutukan-Nya dengan siapapun dan sesuatu apapun.
 Rasulullah SAW bersabda:
"Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yaitu agama Islam, dan ibu-ibu (syariat-syariat) mereka berbeda-beda." (Riwayat al-Bukhari, Muslim dan Dawud)
Dan nabi-nabi hanya beragama satu, yaitu Islam. Tapi syariatnya saja yang beda-beda. Meski beda pun, pada asalnya seluruhan nabi dan rasul izma' menyuru untuk menyembah hanya kepada tuhan saja yang satu, yaitu Allah subhanahu wa ta'ala.
Tetapi jika ditanya nabi Muhammad SAW sebelum beliau diutus menjadi nabi beliau bersyariat kepada siapa?, maka beliau menjalankan syariatnya nabi Ibrahim Allaihissalam.
Orang-orang Mekkah kan pada masa jahilliyah melakukan haji dan tawaf di kakbah, hal yang menjadi syariatnya nabi Ibrahim Allaihissalam. Namun, tawaf di kakbah oleh masyarakat Mekkah pada masa itu sudah di ubah-ubah dengan menempatkan berhala, bertepuk tangan, bertelanjang dan menjentikkan jari.
Berbeda dengan Rasulullah dan Abu bakr radhiyallahuanhu, mereka tetap bertauhid kepada Allah namun tidak dengan ikut-ikutan orang-orang jahilliyah waktu itu. Mereka tetap menjalankan syariat nabi Ibrahim Allaihissalam secara murni dengan tidak di tambah inovasi-inovasi dalam agama.
Ini sama kondisinya seperti yang terjadi saat ini di Indonesia. Saat ini syariat agama Islam mulai banyak mengalami perubahan. Syariat-syariat yang sejatinya tidak di syariatkan, tapi sejumlah tradisionalis, liberalis, Quranis dan Sufi ekstrim keukeuh melakukan. Alhasil terbentuklah upacara-upacara "layaknya" bernafaskan keislaman tapi Sejatinya malah menyesatkan. Sunnah mereka tinggalkan, tapi Bid'ah mereka kerjakan layaknya kewajiban.
Dan di antara mereka orang-orang Indonesia, ada pula orang-orang yang berupaya untuk memurnikan ibadah mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Mengerjakan yang sunnah dan meninggalkan yang Bid'ah dan kesyirikan, takhayul khurafat, sebagaimana rasul mereka mencontohkannya, sebagaimana Muhammad bin Abdullah dan Abdullah bin Abu Quhafah memurnikan ajaran Ibrahim Allaihissalam di tengah-tengah umatnya yang berbuat kesyirikan di Mekkah.